Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money

Sudahkan Pelaku UMKM Indonesia Berdaya

12 Agustus 2018   09:12 Diperbarui: 12 Agustus 2018   15:47 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari UMKM 2018/Doc Abdsi Jateng

Hari ini adalah hari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), diperingati setiap 12 Agustus 2018 dengan harapan UMKM Kuat sehingga bangsanya jadi berdaulat. Peringatan ini harus menjadi momentum yang penting, karena pelaku UMKM bisa berdaya guna dan berhasil guna bila mereka kuat baik pada aspek bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, modal kerja, kepastian pemasaran, dan jaminan pemerintah untuk memberikan kebijakan yang pro umkm. 

Sebuah kebijakan yang tidak pro UMKM maka dampaknya UMKM semakin terpinggirkan, padahal ekonomi masyarakat akan  tumbuh pesat jika gerak umkm ini meluas dan bisa menjadi soko guru ekonomi bangsa, betapa dahsyatnya pasar desa yang tumbuh di desa dan sangat meluas, bisa mempengaruhi ekonomi masyarakat, dibandingkan jika ada perusahaan besar dengan mencari keuntungan bagi pemilik modal saja, maka hanya kesejahteraan masyarakat sekitarnya pun tidak terangkat dengan cepat. 

Pelaku UMKM  sementara ini masih terkendala lebih pada aspek modal, bahan baku, akses pasar, dan menjaga kualitas produk. Pelaku umkm seringkali ketika dapat order yang banyak maka untuk menjaga kontinuitas pengiriman dan juga kualitas produk terkadang tidak diindahkan, sampel produk bagus namun saat pengiriman produk seringkali tidak mempertimbangkan hasil akhirnya. 

Contoh pengusaha bawang goreng kirim ke indofood, sistem yang dipakai adalah kontrak jual beli, mereka harus menyiapkan dan mengirimkan produknya sesuai dengan isi perjanjian dan harga pun sudah disetujui bersama, harga bawang goreng seringkali fluktuatif, tidak pernah normal, bahkan cenderung turun terus dibandingkan naiknya, disaat harga bawang naik, pelaku usaha bawang goreng akan merasakan kerugian yang lumayan tinggi, belum lagi disaat kualitas pengiriman kena komplen maka pengusaha ini harus banting supir, ada juga yang langsung jatuh miskin. Untuk mengembalikan modalnya saja sangat susah apalagi dapat untung. 

Pelaku usaha umkm lainnya adalah rumput laut, termasuk usaha yang berresiko dan jika dalam mengambil lahan yang tidak tepat atau dilokasi yang tidak sesuai maka  isa terjadi kerugian, modal habis dan ini konsekuensi yang harus dinikmatinya. Itu saja baru pada aspek budidayanya, jika lahannya sesuai, maka sewa lahan jelas sudah naik dan yang akan diributkan adalah aspek pemasaran. 

Pihak penerima produk seringkali bermain sepihak, harga penerimaan rumput laut di pabrik cenderung tidak stabil, belum lagi pada aspek proses pengeringan dan packaging seringkali terkendala saat musim hujan, termasuk keberadaan tengkulak yang bermain harga, sehingga banyak pelaku usaha rumput laut akhirnya beralih ke usha lain. Dibuat pola inti plasma pun seringkali dipermainkan oleh pihak penerima barang dan juga dalih kualitas produk. 

Pelaku usaha lain yang sangat rentan produknya adalah telor asin, disamping bahan baku juga berperan penting, keberadaan peternak yang handal dan profesional juga sangat dibutuhkan, sekarang ini harga bahan baku sudah naik, peternak pun harus menaikkan nilai jual telurnya, sehingga para pengrajin telur asin pun harus extra kerja keras untuk menekan ongkos produksi, jika nilai jual telor asin mahal dimungkinkan para pembeli akan beralih ke produk telur biasa sebagai makanan sehari-hari. 

Contoh saja di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, produk telur asin sudah cukuo dikenal dan menjadi brand bagi daerah Brebes sebagai penghasil telur asin siap saji paling banyak, dan mereka berdagang di sepanjang jalur pantura. Sebelum ada Jalur Tol terjadi perbaikan income bagi para pengrajin ini, namun setelah ada Tol, para pengrajin ini mengalami kesulitan dan cenderung terjadi penurunan omset dan aset pendapatan harian hingga bulanan. 

Bahan baku sudah tidak tersedia banyak di daerah ini, mereka harus membeli produk telur mentah yang dikirim dari Jawa Timur dan Jawa Barat, pemodal yang besar akan berani beli telur mentah dan melakukan kontrak dengan pengusaha peternak telur mentah, lalu para pengrajin telur yang tersebar ini mengambil di pemodal besar telur yang ada, jika harga sekarang mentahnya Rp 2.400 saja maka nilai jual telur asin harus dikisaran Rp 3.500 per butir ini saja belum menghitung telur yang pecah atau tidak berkualitas. 

Bagi pengrajin yang punya jaringan marketing yang cukup, mungkin margin Rl 200 perbutir sudah lumayan untung, namun kalau produk tersebut tidak laku, maka produk telur asin yang ada hanya di buang saja dan mereka harus merasakan kerugian. Namun bagi yang produknya lancar dan menjaga kualitas maka semua halangan yang ada tidak menjadi rintangan baginya. 

Lalu apa peran pemerintah selama ini ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun