Perjalananku menuju kampung kedungmalang jepara dari welahan Jepara butuh 30 menit, mengambil jalan desa, dari bugo hingga sampai kampung kedung. Hampir semua jalan desa yang dilalui sudah di cor beton dan ada juga di pavingblok, begitu besar manfaat dana desa untuk pembangunan di desa.Â
Semua akses antar desa tampak terlihat baik, rumah huni warga yang dilalui pun tidak terlihat yang menggunakan dinding geribig, mayoritas lantai keramik, dinding rumah pakai bata dan semen. Ini artinya ada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.Â
Terlebih lagi muncul pasar desa terlihat tidak sepi, beberapa warga desanya hilir mudik menuju depan pasar sambil mborong janur untuk persiapan bada kupatan, yakni tradisi yang masih melekat di daerah ini yakni membuat kupat atau lepet lalu saat bada subuh.Â
Saatnya sinar matahari mulai tampak, Â masing-masing rumah membawa baskom atau terkadang nampan untuk dibawa ke musholla atau masjid, lalu didoakan oleh ulama setempat untuk ngalap berkah atas 7 hari setelah lebaran atau bada kupat.Â
Kupat atau lepet yang dibawa nanti ditukarkan kepada warga yang lain, jadi masakannya ditukar dengan masakan warga yang lain. Tradisi ini masih melekat dengan baik.Â

 Ada pasar ikan yang buka tiap sore hingga pagi dini hari, saat penulis berkunjung hanya terlihat berjejer meja ikan, kran untuk bersihkan ikan, dan didesain lapak ikan layaknya jual beli ikan di beberapa TPI yang ada di kampung nelayan.Â

Salah satu warga desa kedungmalang Anjas membenarkan bahwa dirinya lahir dan dibesarkan di kampung nelayan ini. Orangtuanya biasa melakukan proses pengolahan ikan basah menjadi ikan kering. Namun semangat dalam mendidik anaknya, sehingga anak nelayan harus sampai selesai ke jenjang perguruan tinggi.Â
Harga ikan basah saat musim ikan dengan cuaca baik sangat melimpah ruah, sehingga akan mempengaruhi harga jual ikan basah dan juga ikan kering. Jika stok berkurang di ikan basah maka nilai jual ikan kering akan naik. Sementara ini harga ikan gesek yang kering pasaran antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.Â
Rata-rata yang mencari ikan basah adalah suaminya setelah ikan datang kemudoan istri nelayan ini yang merawatnya ikan basah menjadi ikan kering atau dikenal dengan gesek.Â
Di kampung ini pula menjadi rujukan bagi para pemancing yang ingin menyalurkan hobinya, saat penulis mengendarai mobil terlihat beberapa orang yang hobinya mancing bawa pancing ditaruh di taa pancing lalu dengan mengendarai sepeda motornya melaju 80 hingga 90 kecepatan kendaraannya.Â
Tampak terlihat juga di halaman rumah warga bekas sumping atau kulit rajungan atau kulit kerang, ini artinya dikampung nelayan ini juga tersedia jenia kerang atau rajungan.Â
Terlihat juga ikan teri yang nantinya bisa disulap jadi pepes ikan teri atau botok, ataupun gorengan tepung teri bahkan ada juga warga yang buat terasi teri nasi. Semuanya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penghasilan hidupnya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI