Mohon tunggu...
Pena Sejati
Pena Sejati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Mengukir guratan pena fakta dan realita, menguak kebenaran yang terselubungkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Awam Teror Bom Surabaya

16 Mei 2018   07:17 Diperbarui: 16 Mei 2018   08:23 1991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga terduga pelaku bom di Surabaya. sumber: www.bbc.com

Indonesia sudah tak asing dengan teror bom yang sudah berkali-kali terjadi di sejumlah daerah. Cara dan motif yang berbeda namun tetap 'mencoreng' bekas yang sama. Ya, lagi-lagi teroris selalu identik dengan sebuah agama. Di tambah kejadian kali ini mengintai gereja di lokasi yang berbeda. Akan semakin 'mencuat' kebencian antar umat beragama.

Meskipun para ulama dan da'i telah berkumpul untuk menyeru dan mengecam tindakan terorisme, tetap saja 'coretan' dan 'simbol' teroris telah terbenam dalam benak masyarakat tak hanya di Indonesia bahkan dunia, bahwa teroris selalu berlambangkan Islam.

Analisis awam yang cukup sederhana saja dari tragedi bom Surabaya 13 Mei lalu yang diduga dilakukan oleh sebuah keluarga.

Sebagai kepala rumah tangga, membina sebuah keluarga merupakan tantangan besar. Apalagi bila dipaksakan dengan pendidikan yang keras terutama bagi anak-anak.  Selayaknya anak-anak masih memiliki jalur pikir yang dangkal namun nalurinya masih senang akan kebebasan (bermain dan melakukan hal-hal yang disukai).

Pengalaman pribadi saja, anak bila dipaksakan sesuatu yang kurang ia minati akan membutuhkan waktu lama untuk melakukannya. Kecuali bila diancam, siapa pun pasti mau tidak mau harus menjalankan. Apalagi bila ancaman itu membahayakan.

Tapi sifat dan watak anak-anak tentunya tak semua sama. Bisa aja ada yang berontak, menangis, menjerit, atau hanya diam.

Lalu apa hubungannya dengan kasus terorisme? Tentu ada, karena terduga pelaku bom bunuh diri di Surabaya termasuk anak-anak di dalamnya!

Menanamkan nilai-nilai keislaman dengan mencontohkan sunnah Rasul saja para orang tua perlu berpikir keras ditengah terjangan gadget dengan berbagai jenis media maupun aplikasi yang sering 'mencuri' perhatian anak. Karena merupakan hal yang wajar ketika gadget menjadi sesuatu yang menarik bagi mereka.

Lalu, bagaimana orang tua pelaku bisa begitu mudah menanamkan nilai-nilai jihad ala teroris dalam benak anak-anaknya? 

Pengalaman emak-emak rempong, mengurusi satu anak saja sudah kerepotan apalagi dua, tiga, atau empat. Dalam satu waktu sebuah keluarga ini dengan mudahnya bisa berpencar dengan menenteng bom kemana-mana? Tentu, tidak lah semudah itu! Bagi seorang ibu menyuruh anak untuk membawa bekal masing-masing saja kadang harus mengomel berkali-kali.

Lalu apakah pelaku pengeboman dengan mudah mewanti-wanti anaknya untuk membawa sesuatu yang dapat membunuhnya seketika? Kadang mengangkat piring dari dapur saja susah, konon lagi membawa bom yang bisa merenggut nyawa? Ini di luar logika! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun