Jakarta, 16 Oktober 2025 --Â Indonesia sedang memasuki fase penting dalam sejarah pertahanannya. Di tengah meningkatnya tensi geopolitik kawasan Indo-Pasifik dan percepatan teknologi militer dunia, TNI Angkatan Udara kini menjadi garda depan dalam menjaga kedaulatan udara nasional. Modernisasi besar-besaran tengah dilakukan melalui program pengadaan berbagai jenis pesawat tempur canggih generasi keempat dan 4.5 yang akan membentuk wajah baru kekuatan udara Indonesia menjelang tahun 2035.
Dengan luas wilayah udara mencapai lebih dari lima juta kilometer persegi dan posisi geografis yang membentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memerlukan kekuatan udara yang tidak hanya tangguh, tetapi juga mampu menjangkau seluruh wilayah dengan efisien. Tantangan terbesar datang dari titik-titik strategis seperti Laut Natuna, Selat Malaka, Laut Sulawesi, hingga perbatasan timur Papua. Untuk menjaga semua wilayah tersebut, TNI AU memerlukan armada pesawat tempur yang fleksibel, cepat bermanuver, serta siap bertugas 24 jam setiap hari.
Hasil analisis berbasis pendekatan STEM dan strategi pertahanan menunjukkan bahwa kebutuhan ideal Indonesia berada pada kisaran 240 hingga 306 pesawat tempur aktif. Angka ini mencerminkan keseimbangan antara kemampuan tempur, rotasi patroli, dan kesiapan pemeliharaan. Dalam struktur ideal tersebut, sejumlah pesawat tempur modern akan menjadi tulang punggung kekuatan udara Indonesia di masa depan.
Pesawat F-15IDN Eagle II dari Amerika Serikat diandalkan untuk misi supremasi udara jarak jauh dan pertahanan strategis di wilayah barat, sementara Dassault Rafale F4 dari Prancis menjadi pesawat multirole utama dengan kemampuan udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan yang unggul. Di sisi lain, kerja sama dengan Korea Selatan menghadirkan KF-21 Boramae, pesawat generasi baru yang akan menjadi simbol era pertahanan modern Indonesia setelah tahun 2030.
Sementara itu, pesawat F-16 Fighting Falcon tetap berperan penting dalam pelatihan dan misi dukungan darat, sedangkan Sukhoi Su-30 dan Su-27 yang lebih tua masih akan ditempatkan di wilayah timur sebagai cadangan tempur. Indonesia juga membuka kemungkinan akuisisi J-10 Vigorous Dragon dari Tiongkok sebagai solusi cepat dan ekonomis untuk menggantikan armada lama seperti Hawk 200 dan F-5 Tiger.
Namun di balik ambisi besar ini, terdapat tantangan yang tidak ringan. Mengoperasikan enam tipe pesawat dari empat negara berbeda membuat sistem logistik, pelatihan, dan suku cadang menjadi kompleks dan mahal. Karena itu, dalam jangka panjang TNI AU perlu menyederhanakan sistemnya dan berfokus pada dua atau tiga platform utama yang kompatibel secara penuh, baik dalam misi tempur maupun dalam sistem senjata.
Jika seluruh program modernisasi berjalan sesuai rencana, maka pada tahun 2035 Indonesia akan memiliki salah satu kekuatan udara paling berimbang di Asia Tenggara. Armada sekitar 300 jet tempur modern yang beroperasi dari Sabang hingga Merauke akan menjadikan langit Nusantara tidak hanya aman, tetapi juga disegani di kawasan. Modernisasi ini bukan sekadar langkah militer, melainkan perwujudan kemandirian bangsa dalam menjaga ruang udaranya sendiri dengan sains, teknologi, dan strategi yang matang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI