Mohon tunggu...
Pena Kusuma
Pena Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum

Saya adalah content writer yang berfokus pada penulisan seputar Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), serta update terkini mengenai dunia militer dan geopolitik. Mohon doanya juga, insyaallah saya bisa lolos sekali tes dalam seleksi PAPK TNI tahun 2027.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ancaman DF-27, Satelit Jilin-1, dan Krisis Taiwan 2025-2027

3 Agustus 2025   01:20 Diperbarui: 3 Agustus 2025   01:20 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
President of the People's Republic of China Xi Jinping (Sumber: @Recon_surv)

Postur militer China menunjukkan peningkatan signifikan melalui pengoperasian rudal DF-27 berjangkauan 5.000--8.000 km dengan hulu ledak hipersonik yang mampu menyerang target konvensional, kapal induk, maupun dengan muatan nuklir, sementara simulasi perang CSIS 2023 memperkirakan 70% stok rudal presisi jarak jauh PLA akan habis dalam minggu pertama konflik hipotetis, meski rantai serangan hipersonik tetap menjadi ancaman bagi kelompok kapal induk AS. Dalam ranah pengintaian, konstelasi satelit Jilin-1 yang kini mencapai 138 unit mampu memberikan citra resolusi 0,5--0,75 meter dengan pembaruan setiap 10 menit di zona konflik, sehingga AS memperkuat deteksi dengan peningkatan sistem SBIRS dan meluncurkan proyek satelit "Silent Barker" untuk melacak satelit lawan serta senjata hipersonik. Di sisi kecerdasan buatan, Unit 61786 PLA mengembangkan model LLM "BattleMind" guna memberikan rekomendasi target secara real-time, sementara Taiwan mempercepat program 3.000 drone kamikaze AI yang akan siap pada 2026 dengan kemampuan swarm dan integrasi penuh dengan jaringan taktis AS. Pada bidang udara dan laut, kapal induk CNS Fujian telah memasuki uji coba laut keempat dengan 60% armada pesawatnya menggunakan jet siluman J-35, sedangkan AS menanggapi dengan menambah rotasi F-35C di USS Carl Vinson serta menempatkan 200 rudal SM-6 Block IB di pangkalan Yokosuka untuk memperkuat pertahanan kawasan.

Taiwan, Republic of China (Sumber: @Recon_surv) 
Taiwan, Republic of China (Sumber: @Recon_surv) 

Kerentanan infrastruktur digital dan energi Taiwan cukup besar karena 14 dari 18 kabel internet internasionalnya melewati Laut China Selatan, membuatnya rentan terhadap pemotongan yang diduga dilakukan kapal riset atau militer China, dengan insiden meningkat 300% dari 2023 ke 2025. Untuk mengurangi risiko, Taiwan membangun jaringan cadangan T-RAN berbasis satelit LEO Starlink dan SES mPower dengan kapasitas 2,5 Tbps yang diuji pada Juni 2025. Di sektor energi, 98% pasokan LNG Taiwan berasal dari impor, sementara dua terminal utamanya di Taichung dan Kaohsiung berada dalam jangkauan rudal DF-15 China; laporan Departemen Energi AS 2025 menilai cadangan LNG Taiwan hanya cukup untuk 11 hari, sedangkan pembangunan fasilitas penyimpanan terapung di Hualien baru 40% selesai. Dari sisi siber, laporan Q2-2025 menunjukkan serangan ransomware terhadap sistem kendali pembangkit listrik Taiwan naik empat kali lipat, banyak menggunakan malware "MoonBounce" yang terkait kelompok peretas APT41, sehingga US CYBERCOM memperluas operasi pertahanan sibernya ke Jepang dan Korea Selatan untuk melindungi jaringan listrik 500 kV di kawasan ini.

Jika China menyerang pangkalan AS di Okinawa tanpa deklarasi perang, tindakan itu bisa dianggap melanggar Piagam PBB Pasal 2(4) yang melarang ancaman kekerasan terhadap kedaulatan negara serta memicu Pasal 51 tentang hak membela diri. Menurut hukum humaniter internasional, pangkalan militer seperti Kadena atau Yokota memang target sah, tetapi serangan harus mematuhi prinsip proporsionalitas dan mencegah korban sipil. Di laut, UNCLOS menetapkan wilayah teritorial Taiwan sejauh 12 mil, sehingga kapal perang China yang melintasi garis median tanpa transit damai melanggar hak lintas damai. Untuk Indonesia, meski segmen Laut China Selatan di Natuna tidak terpengaruh langsung, UU 32/2014 dan UU 17/1985 menegaskan komitmen menolak klaim "hak historis" China dengan merujuk UNCLOS. Status Taiwan sendiri di mata PBB berdasarkan Resolusi 2758 adalah sebagai provinsi China, namun tanpa dampak langsung terhadap yurisdiksi militernya; sementara Indonesia melalui Keppres 42/1992 dan surat Kemlu 2021 menghormati kebijakan Satu China, tetapi tetap menjalin kerja sama ekonomi dan teknologi secara de facto dengan Taipei tanpa pengakuan sebagai negara berdaulat.

Andersen Air Force Base and Naval Base Guam (Sumber: @iamSaharEmami)
Andersen Air Force Base and Naval Base Guam (Sumber: @iamSaharEmami)

Krisis Taiwan di masa lalu, seperti 1954--55 dan 1995--96, biasanya dipicu latihan militer dan langkah politik yang dianggap mendekati deklarasi kemerdekaan, pola yang kembali terlihat pada 2025 ketika pelanggaran garis median oleh PLA melonjak 300% dibanding 2021 sebagai bagian dari "latihan besar" menjelang kemungkinan konflik. Simulasi CSIS memperkirakan jika perang benar terjadi, dalam minggu pertama AS bisa kehilangan 19 kapal dan 400 pesawat, Jepang 15 kapal dan 144 pesawat, sementara China diproyeksikan kehilangan 156 kapal dan 168 pesawat. Skenario eskalasi paling realistis untuk 2025--2027 diperkirakan dimulai dengan blokade laut bertahap, dilanjutkan serangan siber terhadap jaringan listrik Taiwan, penembakan rudal peringatan di luar 12 mil pantai timurnya, dan berujung pada potensi serangan China terhadap pangkalan AS di Okinawa sebagai langkah pencegahan intervensi.

Taiwan perlu mempercepat pembangunan jaringan komunikasi tangguh seperti Starlink dan koneksi laser FSOC untuk menjaga akses informasi saat krisis, sementara Indonesia bisa menggunakan mekanisme hukum UNCLOS Tribunal guna menegaskan prinsip kebebasan maritim di Laut China Selatan. Dari sisi militer, AS disarankan meningkatkan stok rudal SM-6 dan JASSM-XR dengan jangkauan 1.900 km agar dapat menyerang dari luar radius tembak rudal hipersonik DF-27 milik China.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun