Mohon tunggu...
Pena Kusuma
Pena Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum

Saya adalah content writer yang berfokus pada penulisan seputar Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), serta update terkini mengenai dunia militer dan geopolitik. Mohon doanya juga, insyaallah saya bisa lolos sekali tes dalam seleksi PAPK TNI tahun 2027.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serangan Hybrid Ukraina: Peretasan 4,4 GB Data Tupolev dan Drone 'Spider Web' Guncang Armada Bomber Rusia

9 Juni 2025   07:32 Diperbarui: 9 Juni 2025   07:32 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tupolev Tu-160 (Sumber: Tupolev)

Pada awal Juni 2025, Direktorat Intelijen Utama Ukraina (HUR/DIU) melakukan peretasan terhadap sistem perusahaan penerbangan strategis Rusia, Tupolev. Mereka berhasil mengekstrak lebih dari 4,4 GB data sensitif, yang mencakup komunikasi internal, catatan rapat tertutup, alamat rumah karyawan, resume insinyur, dan dokumen pengadaan militer. Metode akses yang digunakan adalah persistent monitoring jangka panjang terhadap aliran dokumen internal Tupolev secara real-time, dengan memanfaatkan kerentanan dalam sistem keamanan siber perusahaan. Teknik spearphishing dan eksploitasi backdoor diduga menjadi pintu masuknya. Serangan ini terkait dengan Operasi Jaring Laba-laba (Spider Web) oleh SBU Ukraina yang sebelumnya menargetkan pangkalan udara Rusia, menggunakan serangan drone fisik bersamaan dengan gangguan siber untuk melumpuhkan pertahanan udara Rusia. Pola ini menunjukkan strategi hybrid Ukraina yang mengintegrasikan serangan siber dengan operasi kinetik untuk memperbesar dampak psikologis dan operasional.

Tupolev adalah perusahaan penerbangan penting bagi kekuatan militer Rusia, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan merawat pesawat pengebom strategis seperti Tu-160M "White Swan" yang merupakan pengebom supersonik nuklir dengan kemampuan jelajah global dan kecepatan lebih dari Mach 2, serta Tu-95 dan Tu-22 yang digunakan untuk serangan konvensional dan nuklir. Bocornya data perawatan pesawat, catatan personel, dan dokumen pengadaan dapat melumpuhkan kemampuan pemeliharaan armada Rusia. Hal ini juga berdampak langsung terhadap keamanan nasional Rusia, karena data lebih dari 1.000 insinyur dan teknisi terungkap, sehingga meningkatkan risiko targeting fisik atau psikologis. Selain itu, dokumen pengadaan yang terungkap mengungkapkan ketergantungan Rusia pada komponen impor, yang dapat menjadi celah untuk pemberlakuan sanksi lebih ketat.

Peretasan Ukraina terhadap Tupolev tidak hanya mencuri data, tapi juga mencakup serangan psikologis. Mereka mengganti laman utama Tupolev dengan gambar burung hantu yang mencengkeram pesawat pengebom Rusia, simbol dominasi intelijen Ukraina atas rahasia militer Rusia. Ini bertujuan meruntuhkan mitos keunggulan teknologi Rusia dan mempermalukan Kremlin di mata dalam dan luar negeri. Media Ukraina seperti Kyiv Post dan Ukrainska Pravda menyebarluaskan klaim "tidak ada rahasia lagi bagi intelijen Ukraina" untuk memperkuat narasi kerentanan Rusia.

Tupolev Tu-160 (Sumber: Tupolev)
Tupolev Tu-160 (Sumber: Tupolev)

Perang modern telah mengalami transformasi dengan konvergensi domain digital, fisik, dan psikologis. Serangan terhadap Tupolev menunjukkan integrasi serangan siber, seperti pencurian data, dengan operasi fisik drone, menciptakan efek sinergis yang lebih besar. Perang psikologis juga menjadi bagian penting, dengan deface situs dan pengungkapan data personel yang ditujukan untuk menurunkan moral Rusia dan meningkatkan kepercayaan Ukraina. Peran dukungan Barat, terutama kolaborasi keamanan siber AS-Ukraina melalui CISA sejak 2022, telah memperkuat kapasitas cyber defense dan offensive hacking Ukraina. Mantan pejabat CISA, Jen Easterly, menggambarkannya sebagai "kemitraan operasional terdekat dengan negara asing."

Peretasan Tupolev terhadap Rusia memiliki dampak jangka panjang yang signifikan bagi keseimbangan kekuatan regional. Bagi Rusia, gangguan pemeliharaan armada Tu-160 dan Tu-95 mengurangi kesiapan operasional dan ancaman serangan udara di Eropa Timur. Keamanan siber Rusia tererosi, mendorong NATO untuk meningkatkan kolaborasi siber dengan Ukraina. Di dalam negeri, kegagalan keamanan siber Rusia menimbulkan tekanan domestik dan memperkuat posisi Ukraina dalam negosiasi perdamaian. Peretasan ini adalah manifestasi perang hybrid abad ke-21, di mana serangan siber yang berbiaya rendah dapat menghasilkan kerusakan strategis besar. Ukraina, dengan dukungan Barat, menggunakan kelemahan digital Rusia untuk mengimbangi ketimpangan kekuatan konvensional. Bocornya data nuklir strategis Rusia berpotensi mengubah kalkulasi deterensi global dan memaksa negara adidaya merevisi doktrin keamanan sibernya. Serangan ini menegaskan bahwa perang modern dimenangkan tidak hanya di medan tempur, tetapi juga di ruang server dan medan psikologis, di mana Ukraina semakin cakap berkat transformasi doktrin dan aliansi strategis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun