Mohon tunggu...
Christian Rahmat
Christian Rahmat Mohon Tunggu... Freelancer - Memoria Passionis

Pembelajaran telah tersedia bagi siapa saja yang bisa membaca. Keajaiban ada di mana-mana. (Carl Sagan)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Digital sebagai Media Pembelajaran

16 Juni 2019   08:03 Diperbarui: 16 Juni 2019   09:48 5952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gln.kemdikbud.go.id

Apa itu literasi ? Apa itu digital ? Apa itu literasi digital ? Sebelum menelaah lebih lanjut mengenai literasi digital, kita perlu menjawab terlebih dahulu pertanyaan -- pertanyaan di awal tulisan ini. 

Tidak hanya menjawab, kita juga harus memahami jawaban -- jawaban tersebut. Literasi (Latin=Literatus) secara harfiah memiliki arti orang yang belajar (a learned person). Dalam pengertian sederhana, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. 

Dalam pengertian yang lebih kompleks, literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Selain kemampuan dalam hal membaca dan menulis, literasi juga mencakup kemampuan untuk mengenali dan memahami ide -- ide yang disampaikan secara visual, yaitu dalam bentuk video ataupun gambar. 

Kemampuan ini dikenal dengan istilah melek hukum. kata digital (Yunani=Digitus) memiliki arti jari -- jemari. Manusia memiliki sepuluh jari -- jemari. Nilai sepuluh tersebut terdiri dari dua radix, yaitu 1 dan 0. 

Digital merupakan gambaran dari suatu kondisi bilangan yang terdiri dari angka 1 dan 0 atau Off dan On (sistem bilangan biner), yang disebut juga dengan istilah Bit (Binery Digit). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. 

Dari pengertia ini, pengertian digital secara harfiah tadi berkembang sehingga memiliki pengertian yang erat kaitannya dengan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology), komputer, komputerisasi, dan sebagainya. 

Setelah memahami definisi dari literasi dan digital, maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa literasi digital adalah literasi yang didigitalisasi atau literasi yang memanfaatkan sistem komputer serta teknologi informasi dan komunikasi.

Istilah literasi digital (Digital Literacy) diperkenalkan dan digunakan pertama sekali oleh Paul Gilster* dalam bukunya Digital Literacy (1997). Ia mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks, seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari -- hari. 

Dari definisi tersebut, terlihat jelas bahwa literasi digital merupakan instrumen yang harus diterapkan guna mencerdaskan kehidupan masyarakat dalam interaksinya di dunia digital. 

Definisi tersebut menegaskan bahwa literasi digital pada akhirnya akan bermuara pada efektivitas dan efisiensi dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi terhadap aspek -- aspek kehidupan.

* Paul Gilster merupakan seorang penulis yang berfokus pada teknologi dan ruang angkasa. Ia adalah salah satu pendiri Tau Zero Foundation dan menjadi jurnalis senior disana. Beberapa buku yang sudah ditulisnya antara lain Digital Literacy (1997) dan Centauri Dreams: Imagining and Planning for Interstellar Flight (2004).

Akhir -- akhir ini, pemerintah melalui Kemkominfo secara intens mengkampanyekan literasi digital di kalangan masyarakat. Menteri Komunikasi dan Informatika RI (Menkominfo RI), Rudiantara juga menenkankan bahwa literasi digital harus dimulai dari lingkungan keluarga. 

Peran dan tanggungjawab orangtua menjadi sangat vital untuk menanamkan semangat literasi digital dalam diri anak -- anaknya. Kampanye literasi digital ini tidak lain adalah untuk mengajak masyarakat agar lebih cerdas dalam berinteraksi di dunia digital atau media sosial mengingat derasnya arus penyebarluasan berita bohong (hoax), penyebaran paham -- paham radikal dan ekstrem, dan berbagai bentuk pembodohan lainnya di media sosial dewasa ini. 

Banyak berita -- berita yang direkaya untuk mencapai tujuan kelompok -- kelompok tertentu, maupun hanya untuk menciptakan kegaduhan (chaos) semata. Ada pula berita dengan judul yang sangat provokatif namun tidak sesuai dengan konten atau isi beritanya. 

Dalam rangka melawan pembodohan -- pembodohan di media sosial seperti inilah literasi digital sangat diperlukan. Dengan literasi digital, masyarakat diharapkan mampu menganalisa setiap pemberitaan yang ada dengan rasional, bukan dengan sentimental. 

Hal ini tentunya dapat terwujud dengan membaca setiap berita secara utuh dan memperhatikan keakuratan fakta serta data yang disajikan dalam berita tersebut, tidak langsung terprovokasi terhadap judul berita. 

Masyarakat juga diharapkan tidak langsung membagikan atau menyebarluaskan berita yang kebenarannya belum bisa dipastikan. Masyarakat harus bisa memilah berita dengan baik. Mana berita yang faktual, mana berita yang hanya rekaan belaka. 

Dalam hal inilah ungkapan Saring Sebelum Sharing terus dikampanyekan kepada masyarakat. Upaya seluruh lapisan masyarakat untuk mengimplementasikan literasi digital tersebut niscaya akan membuat interaksi di dunia digital (media sosial) lebih sehat. 

Interaksi di media sosial dengan semangat literasi digital akan menjadi media pembelajaran yang berharga bagi seluruh lapisan masyarakat, yang dengan sendirinya akan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salam Literasi Digital !!! 

Referensi :

komunikasipraktis.com
academia.edu
Dyna Herlina S. Membangun Karakter Bangsa Melalui Literasi Digital. Diakses pada tanggal 16 Maret 2019.
kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun