Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Big Lie" Terorisme

15 Juli 2018   16:03 Diperbarui: 15 Juli 2018   23:42 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

The "Global War on Terrorism" is a Fabrication, A Big Lie, kata prof Chossudovsky, Ottawa University. 'Big Lie' ini sudah semakin mendalam dan luas ditelanjangi oleh media independent internet seluruh dunia dan oleh banyak ahli-ahli sosial masyarakat dari banyak universitas terkenal dunia. 

Karena itu sudah terlihat dan terasa juga bagi neolib NWO, bahwa pengaruh 'brainwashing' dan 'mind control' yang sudah ratusan tahun itu, sekarang ini sudah mulai meredup sedikit demi sedikit. Kegiatan terorisme sepertinya masih harus dijalankan, tetapi antara jalan dan tidak. Brainwashing model Surabaya masih bisa, Densus masih harus disibukkan. Fake news divide and conquer model akun mahal Saracen juga masih harus dijalankan sejauh mungkin.

Ketika Densus menangkap 4 orang terduga teroris di Indramayu, detiknews hari ini 15/7, lantas ada pasutri bawa bom panci ke Mapolres Indramayu. Untungnya bom pancinya tidak meledak. Tetapi bagi penggagas 'takut-takutan' ini kan tidak penting meledak atau tidak, yang penting efek menakut-nakutinya itu saja. 

Efek mana kemudian jadi patokan utama dunia karena keluar dari mulut seorang presiden terkenal Indonesia (Jokowi) bahwa 'teroris tidak perlu ditakuti, karena maksudnya memang menakut-nakuti', kata Jokowi sehabis teror Thamrin tempo hari. Kata-kata Jokowi berkumandang hebat dan luas ke seluruh dunia. Pernyataan presiden Jokowi betul memang karena teroris itu umumnya juga sudah 100% di 'brainwashing' dan di 'mind control', tidak perlu ditakuti.

Ketika seorang penulis internet bikin pertanyaan yang menggugah dan sangat komplex soal asal usul 'brainwashing' dan 'mind control' wow . . . gimana cari jawabannya ya?

Kemudian satu waktu MSM (Main Stream Media Barat) memberitakan bahwa bin Ladin sudah ditembak mati diatas loteng/atap sebuah gedung antah berantah dan sudah dikubur dilaut antah berantah . . . berapa yang percaya dan berapa yang tidak percaya . . . itulah ukuran 'brainwashing dan mind control' secara internasional. Lantas kalau teroris bin Ladin adalah musuh kemanusiaan mengapa pula harus dirahasiakan?

Seberapa yang percaya dan yang tidak percaya kalau Bin Ladin adalah pelaksana/perancang dan pembiaya pemboman WTC . . . itulah ukuran brainwashing dan mind control dalam prakteknya. Terorisme di Indonesia adalah 'big lie' . . . seberapa yang percaya dan yang masih tidak percaya . . . itulah ukuran brainwashing dan mind control yang masih ada dalam kesadaran masyarakat Indonesia, para pemimpinnya, aparatnya dan juga akademisi serta pengamat sosialnya.

Bahwa Marx disewa oleh bank cartel neolib-NWO mengarang marxisme untuk menipu kaum inteletual dan proletar dunia . . . berapa orang yang sudah percaya . . . itulah ukuran brainwashing dan mind control soal kebohongan dan penipuan marxisme dan komunisme. Walaupun brainwashing dan mind control satu ini sudah berusia 170  tahun yaitu sejak terbitnya Manifesto Partai Komunis 1848. Dan ke Indonesia pastilah sudah lama masuk dibawa orang-orang sosialis/komunis penjajah Belanda, setidaknya setelah Marx bikin kongresnya di Den Hagg 1872.

Jadi dari mana asal usul brainwashing dan mind control itu?

Dan untuk apa, oleh siapa?

He he . . . pasti sudah tidak meragukan lagi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun