Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Komunisme atau Penemu Komunisme

25 Maret 2018   18:54 Diperbarui: 25 Maret 2018   20:08 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam bertemu kembali dengan semua kompasianer yang sudah sempat berdiskusi/berdialog dengan sopan santun dan terus terang dalam mengikuti artikel Mas Susy Haryawan 'Aku Bangga Menjadi Anak PKI', dan juga mengusulkan supaya komen saya 'diartikelkan' saja 'untuk pengetahuan bersama'. Saya sangat setuju usulnya dan dengan ini saya 'artikelkan' dengan judul 'Komunisme Atau Penemu Komunisme'. 

Dengan judul ini saya bermaksud mengkedepankan mana yang lebih penting antara komunisme itu sendiri ataukah sang penemunya. Penemunya secara  resmi dan yang kita 'diajarkan' untuk mengetahuinya ialah seorang yang bernama Karl Marx. Tetapi yang sangat dirahasiakan selama ini ialah siapa yang menemukan Karl Marx?

Bakunin adalah seorang pemimpin gerakan revolusioner dari kaum buruh dan tani pada pertengahan abad 19. Bakunin sangat populer, jutaan jumlah pengikutnya dan berpengaruh di Eropah sebelum ada gerakan 'proletar' Marx. Si pencipta Marx menganggap gerakan Bakunin harus diambil alih, dan berhasil menyingkirkan Bakunin dkk di kongres internasional di Hague 1872, setahun setelah pemberontakan Paris. 

Sejak itu gerakan internasional sosialis/komunis dunia berada ditangan orang-orang Marx yang mau membangun kekuasaan sentral (diktatur proletar) berlainan dengan cita-cita Bakunin mau membangun dari bawah, artinya serahkan kekuasaan ke semua daerah/kota. Bayangan dua teori/pendapat ini masih menghantui semua gerakan 'revolusi' dunia sampai sekarang. Dan bahkan tergambar juga dalam kontradiksi pokok dunia sekarang ini yaitu perjuangan antara kepentingan nasional bangsa-bangsa seluruh dunia kontra kepentingan internasional neolib deep state (NWO).

"Communism is a fait accompli in the West and that freedom and democracy are an empty charade. Masonic Jewish central bankers are behind Communism," - Bella Dodd pemimpin Partai Komunis USA, dalam bukunya 'School of Darkness' 1954. 

Si penemu atau pencipta Marx inilah yang pegang peranan penting dalam peredaran dan pengembangan komunisme yang kemudian juga jadi marxisme setelah kematian Marx, dan yang telah bikin kematian jutaan bahkan ratusan juta manusia dunia. Dalam era keterbukaan sudah semakin jelas bagi banyak orang bahwa komunisme atau marxisme adalah alat untuk mendominasi dunia (NWO), sama sekali bukan alat  untuk membela kaum miskin atau kaum proletar seperti yang 'diajarkan' secara resmi. Persoalan komunisme adalah soal Power, power, dan duit, duit, . . . penguasaan duit dan aliran duit dunia, adalah alat utama mengambil dan memperbesar power demi tujuan NWO itu.

Di Indonesia dalam melaksanakan politik power dan duit ini, dibuat pemberontakan dari daerah th 50-an menirukan cara komunis Mao dari desa ke kota, PRRI/Permesta tetapi gagal. Kegagalan ini dipelajari, dan 1965 dilaksanakan dengan taktik/strategi kebalikannya, bukan 'dari desa ke kota' tetapi dari pusat atau dari sentral kekuasaan. Dan berhasil. Lantas orang-orang komunis atau sejenisnya ('progresif') dibantai. Sebanyak 3 juta orang menurut panglima pembantaian 1965 Edhie Sarwo (Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Sarwo_Edhie_Wibowo).

Kalau komunisme dan orang-orang komunis adalah ciptaan pemerakarsa  NWO tetapi mengapa dibunuhi pula? Wow . . . inilah kuncinya yang dirahasiakan selama abad 19 dan 20, abad kegelapan. Selama dua abad itu boleh dikatakan yang tahu soal ini hanya orang-orang penemu Marx itu. Tetapi sekarang di abad keterbukaan dan transparansi ini, siapapun sudah bisa cari tahu apa dan siapa komunisme dan penciptanya dan untuk apa.

Ayo mari semua orang Indonesia, anak-anak, orang dewasa, wanita dan mahasiswa dan semua kaum intelektual bangsa ini . . . cari tahulah apa itu komunisme, walaupun pencipta dan pemerakarsa NWO ini sudah dalam perjalanan menuju akhirnya, menurut pengakuan bos besarnya sendiri. Tetapi tidak salah mempelajari apa sajapun ada gunanya, terutama soal ini yang menyangkut sejarah nation Indonesia. Kalau sudah semua tahu, pecah belah dengan pakai istilah PKI/komunisme tidak perlu lagi atau tidak laku lagi.

Salam mencari pengetahuan baru

M U Ginting

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun