Pengalaman saling bermaaf-maafan yang paling berkesan, bagi saya pribadi terjadi di kantor. Ada tradisi saling memaafkan sesama teman kantor dilakukan sebelum Bulan Ramadan tiba.
Biasanya satu hari sebelum melaksanakan ibadah puasa, semua teman kantor saling mengunjungi ke ruangan masing-masing, untuk minta maaf jika ada dosa baik sengaja maupun tanpa sengaja. Seremonialnya ditandai dengan bersalaman.
Tradisi ini sampai sekarang masih berlangsung. Awalnya saya sendiri sempat kaget, kok saling bermaaf-maafannya bukan di Hari Idul Fitri atau sesudah Lebaran. Ini justru dilakukan sebelum Bulan Ramadan. Agak beda dengan kelaziman masyarakat umumnya
Namun, akhirnya saya mendapat penjelasan dari rekan kantor yang lebih senior, tidak ada yang salah dengan saling memaafkan sebelum Bulan Ramadan. Dengan menjalankan tradisi itu, justru ada nilai positifnya.
Setiap kali bersalaman dan mengucapkan maaf, seketika itu tidak ada dosa di antaranya keduanya. Artinya, saat kita menjalankan ibadah puasa, sudah tidak ada dosa sesama teman. Dampaknya puasa kita jadi lebih khusyu. Kerja lebih fokus. Puncaknya, apabila ada teman yang tidak berumur panjang hingga tidak menikmati Lebaran, yang bersangkutan sudah mengurangi dosa-dosanya.
Cuma perusahaan kami terbagi beberapa bagian (divisi). Satu ruangan kantor saja bagiannya beda-beda. Belum lagi, ada beberapa kantor. Lokasinya terpisah-pisah. Keruan saja jumlah karyawannya mencapai ratusan.
Untuk menghafal nama satu persatu nama karyawan pastinya sulit. Satu gedung kantor saja sudah ada beberapa bagian, yang belum tentu setiap hari sesama karyawan bertegur sapa. Walau satu perusahaan, ada juga yang kantornya terpisah. Itu akan lebih sulit lagi menghafal nama teman satu perusahaan yang kantornya terpisah.
Kejadian lucu
Kejadian lucu terkait pengalaman bermaaf-maafan akhirnya menimpa saya. Sekali waktu ada teman kantor masuk ke ruangan dan mengajak bersalaman. Seperti yang lainnya, teman kantor itu minta saling dimaafkan jika ada dosa. Karena beda bagian dan jarang bertemu, walau satu kantor saya tidak mengetahui nama teman satu kantor itu.
Selesai bersalaman, teman yang bersangkutan keluar ruangan. Saya kembali melakukan rutinitas kerja. Selang tidak berapa lama, masuk lagi teman sekantor. Sama seperti sebelumnya dia mengajak bersalaman untuk saling memaafkan.
Namun sebelum menyodorkan tangan, saya memandangi dia. Saya kaget, karena perasaan teman yang satu ini tadi sudah masuk ruangan dan sudah bersalaman. Kenapa dia datang lagi. Langsung saja saya berkata, "Ngapain kamu ke sini lagi. Perasaan kita tadi sudah saling memaafkan."