Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keponakan Bilang, Boss Bandung #JanganMudikDulu

21 Mei 2020   15:46 Diperbarui: 21 Mei 2020   16:16 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jangan mudik dulu. (punpensos.kemsos.go.id)

Ada hal yang unik menimpa pribadi saya. Tapi saya sangat menikmatinya. Ini terkait dengan panggilan kepada saya yang dilakukan para keponakan baik dari keluarga saya maupun dari keluarga istri. Para keponakan sudah terbiasa memanggil saya dengan nama Boss Bandung.

Dari mereka masih kecil, hingga dewasa, bahkan ada juga yang sudah menikah tetap memanggil saya sebagai Boss Bandung. Mereka tidak mengubah dengan panggilan oom, uwak, atau paman.

Kalau sudah musim mudik, yang membuat saya semangat pulang kampung ke Cirebon, di antaranya keberadaan para keponakan itu. Mereka sangat ramai jika sudah berkumpul. Keramaian itu pula yang membuat saya selalu kangen kepada mereka.

Hal yang lucu pernah terjadi. Karena para keponakan sudah terbiasa memanggil saya dengan sebutan Boss Bandung, mereka sampai tidak tahu siapa nama sebenarnya saya ini. Ketika mereka main ke Bandung, dan menemui seorang anak kecil memanggil saya dengan sebutan Pak Anwar, para keponakan jadi kaget.

Mereka lantas memberi tahu kepada orangtuanya, kalau saya ini sebenarnya bernama Pak Anwar bukan Boss Bandung. Apakah setelah mengetahui nama saya sebenarnya, kemudian panggilan keponakan kepada saya jadi berubah? Ternyata tidak. Justru anak tetangga saya di Bandung, ikut-ikutan kebiasaan keponakan, sehingga memanggil saya semula Pak Anwar jadi Boss Bandung.

Kembali lagi dengan kekangenan saya akan mudik ke Cirebon, para keponakan itu kadang saling berebut untuk menginjak-injak punggung saya. Mereka seolah tahu kalau saya merasa capek sehabis melakukan perjalanan mudik dari Bandung ke Cirebon. Mereka menawarkan diri, biar kondisi fisik saya kembali jadi enak, maka punggungnya perlu diinjak-injak.

Tapi rasa kangen saya kepada keponakan, tampaknya tahun ini harus ditunda dulu. Ini terkait dengan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Provinsi Jawa Barat diperpanjang hingga Lebaran usai. Artinya melakukan perjalanan mudik ke Cirebon dianggap masih rentan tertular virus corona.

Kabupaten Cirebon masih warna merah

Walau di Kota Bandung statusnya sudah berwarna kuning, namun di Kabupaten Cirebon masih dicap dengan warna merah. Artinya Cirebon masih dianggap daerah berbahaya penyebaran virus corona. Tampaknya para keponakan juga menyadari akan hal itu. Mereka malah mengingatkan saya agar tidak memaksa mudik dulu di tahun ini.

"Boss Bandung #JanganMudikDulu. Cirebon masih belum aman," begitu bunyi kalimat dari keponakan yang paling muda, Iceu Tresna Hutami di percakapan Whats App Grup (WAG) Keluarga.

Sedih rasanya tidak bertemu dengan para keponakan di Hari Raya Idul Fitri nanti. Saya sudah terbiasa bersenda gurau dengan mereka. Bukannya menyombongkan diri, namun para keponakan itu memang sangat dekat dengan saya. Kalau sudah bergurau, para keponakan itu menganggap saya seumuran dengan mereka.

Bagaimana tidak dekat dengan saya, mereka semuanya bisa naik sepeda karena saya yang mengajarinya. Bukan orangtuanya. Demikian juga kalau mau jalan-jalan, pasti mereka merayu saya dulu. Tidak merengek-rengek kepada orangtuanya. Tahun ini, mereka tidak bisa melakukannya. Tidak ada senda gurau bersama mereka.

Rumah saya yang di Cirebon sebenarnya sudah dibersihkan. Kegiatan bersih-bersih juga dilakukan oleh keponakan bersama suaminya. Mereka sudah memberi laporan, kalau saya jadi mudik rumah tinggal ditempati saja, karena semuanya sudah dirapikan.

Rumah itu biasanya untuk tempat kumpul-kumpul. Sengaja dikosongkan dan tidak dikontrakan. Rumah itu dipakai jika ada acara keluarga saja. Tahun sekarang sudah dipastikan, rumah itu bakal sepi di hari yang fitri. (Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun