Mohon tunggu...
Honing Bana
Honing Bana Mohon Tunggu... -

pemburu sunyi, pecandu hening

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saling Klaim Kemenangan: Menggunakan Kaca Mata Logika ataukah Dialetika?

21 April 2019   21:29 Diperbarui: 21 April 2019   21:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tdk aneh. Juga tdk lucu jika melihat kedua kelompok ini saling klaim kemenangan. Hal seperti ini memang sudah sering terjadi. Saling klaim seperti ini juga pernah terjadi saat pemilihan kepala daerah di kabupaten TTS tahun 2018 lalu. Masing2 kubu saling klaim kemenangan seperti yg terjadi pada saat pilpres saat ini.

Sebetulnya ini hanya soal bgmana cara melihat proses yg sementara berlangsung. Kita ingin melihat menggunakan kaca mata logika, ataukah kaca mata dialetika. Logika memang selalu konsisten. Logika hanya mengenal kata "ya atau tdk", hitam atau putih, disini, atau disitu. Iya berbeda dgn dialetika yg selalu berubah-ubah, tdk pasti. Semua tergantung pada proses dan waktu yg sementara berlangsung.

Kalau kita melihat proses perhitungan ini menggunakan logika maka saat ini memang kubu 01 sdh tentu menang. Klaim kemenangan dari kubu 01 memang punya dasar. Kubu ini mendasarkan kemenangan pada quicq count. Tapi kalau kita melihat menggunakan dialetika maka belum ada kemenangan diantara dua kubu ini. Baik kubu 01 maupun kubu 02. Kenapa bisa seperti itu? Ya karena proses perhitungan dan suara yg masuk di KPU masih sementara berlangsung.

Dalam proses perhitungan dan suara yg masuk ke KPU dari beberapa provinsi itu mungkin memenangkan kubu 01, tp bisa saja beberapa saat setelah itu, suara yg masuk dari beberapa provinsi lagi bisa memenangkan kubu 02. Hal ini akan terus berlangsung sampai suara dari seluruh provinsi masuk ke KPU. Setelah seluruh suara itu masuk barulah kita bisa mengetahui dgn pasti, apakah kubu 01 ataukah kubu 02 yg benar-benar menang pada pilpres kali ini.

Sederhananya, saat proses perhitungan sementara berlangsung, kita hanya bisa melihat menggunakan kaca mata dialetika. Tapi saat seluruh surat suara sdh benar2 masuk ke KPU maka kita bisa kembali menggunakan kaca mata logika.

Jadi kalau melihat kedua kubu yg saling klaim kemenangan ini. Ditambah lagi dgn saling ejek dan saling tuduh diantara pendukung kubu 01 dan kubu 02 maka kita bisa mengetahui bahwa seringkali banyak orang masih menggunakan logika pada sesuatu yg sebetulnya adalah wilayah dialetika. 

Terlalu mengagungkan logika pada saat proses sementara berlangsung, adalah salah menggunakan kaca mata. Bukankah kita tdk bisa memastikan bola yg sementara bergelinding itu harus ada disini ataukah disitu? 

Kita hanya bisa memastikan bola itu harus ada disini ataukah disitu saat proses itu sdh selesai. Saat bola itu sdh berhenti. Saat itulah kita kembali menggunakan kaca mata logika. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun