Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari para guru. Benar apa yang Abah pernah katakan, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari orang-orang shalih. Tidak hanya dari bicaranya, bahkan dari cara mereka duduk, berdiri sekalipun bisa menjadi pelajaran. Tergantung dari sudut mana kita mengambil hikmahnya.
Alhamdulillah, pagi-pagi menemani beliau-beliau ngopi sembari bincang santai, dilanjutkan dengan sarapan pagi.Â
Pagi itu kita melanjutkan perjalanan ke Gunung Gambir yang terletak di antara perbatasan salah satu desa di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sudah tiga kali aku berniat ke sini sejak Abah bercerita tentang wilayah tersebut, namun selalu gagal. Setelah aku benar-benar berniat dengan wasilah Al-Fatihah dan doa, Alhamdulillah pagi ini Allah beri kesempatan.
Bersama rombongan, Habib Musthofa mengawali ziarah maqam di wilayah setempat. Pertama kita ziarah ke makam Syaikh Jabatanta, tidak ada yang begitu paham akan sosok tersebut. Namun, menurut pengetahuan dan wawasan, serta sejarah yang Habib Musthofa telusuri, tidak ada yang memiliki nama Syaikh Jabaranta selain Syaikh Siti Jenar. Perihal itu benar atau tidak makamnya beliau, ya wallahu alam.
Ada sesuatu yang aneh menurutku, diakhir doa setelah ziarah di makam Syaikh Jabaranta, aku mencium wangi bunga, entahlah bunga apa itu, begitu jelas tercium wanginya. Padahal, diantara kita saat itu tidak ada yang memakai parfum dengan aroma tersebut. Â Bahkan tidak hanya aku yang menciumnya, hampir kita semua menciumnya. Hal ini aku ketahui saat berbincang-bincang bersama rombongan usai kita ziarah, kala berteduh di gubuk Kang Karim sembari menikmati buah Rambutan ditemani sepoi angin menjelang sore. Ada tiga makam yang kita ziarahi kala itu; Makam Syaikh Jabaranta, Eyang Haji Surya Padang, dan Ki Tubagus Yusuf.
Malam menjelang ditemani gerimis yang kian melepas rindu. Adzan maghrib berkumandang dari gubuk tempat kita berteduh. Teduh, nyaring, kumandang adzan yang dilantunkan Habib Hamid Al-Kaff menggetarkan hati, masyaAllah suara beliau merdu, ditambah dengan nada khas Kota Makkah, semakin menggetarkan qalbu dan membuat rindu kian tumbuh dalam hati pada kota tersebut. Semoga suatu hari bisa memijakkan kaki di negeri Nabi bersama Mama, keluarga, dan para guru.
BACA JUGA:
• Di Balik Sosok Tegas dan Nada Bicara yang Membara Habib Rizieq
• Terima Kasih Untuk Waktu yang Lupa Aku Syukuri