Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Selamat Datang (Kembali) Persebaya di Pentas Elit Sepak Bola Nasional

9 Januari 2017   13:24 Diperbarui: 9 Januari 2017   17:40 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; https://img.okezone.com

Persebaya yang berjuluk “Bajul Ijo” kembali ke pentas liga sepakbola nasional. Sebuah penantian panjang, bukan saja bagi para Bonek dan warga Jawa Timur, namun juga pecinta sepakbola nasional. Persebaya merupakan aset sepakbola nasional yang sejak dulu selalu jadi penyumbang pemain di tim nasional, dan lebih dari itu, merupakan tim sepakbola yang mampu menghadirkan suka-cita pesta sepakbola di tanah air.

Kongres tahunan PSSI di Bandung telah memutuskan Persebaya Surabaya dipulihkan keanggotaannya. Bersama keputusan untuk Persebaya, juga ada enam klub lain yang dipulihkan, seperti; Arema Indonesia, Persema Malang, Lampung FC, Persewangi Banyuwangi, Persibo Bojonegoro dan Persipasi Kota Bekasi.

Edy Rahmayadi-ketua Umum PSSI yang baru-menempatkan Persebaya di Divisi Utama karena klub tersebut merupakan klub tradisional dan punya sejarah panjang bersama Persib Bandung, PSMS Medan, PSM Makasar, dan Persija Jakarta, Persipura Jayapura. Tujuh klub tradisional inilah yang sejak lama membuat kehidupan ajang sepakbola nasional selalu semarak. Fanatisme para pendukungnya masing-masing tim dan kemampuan teknis para pemainnya menjadi daya tarik kesemarakan sepakbola nasional.

Kali ini, untuk ‘sementara’ Persebaya harus memulai debutnya di Divisi Utama yang merupakan level kedua perhelatan kompetisi sepakbola nasional. Level satunya adalah ISL (Indonesia Super League) dan level ketiga adalah Liga Nusantara. Tak masalah menapaki level dua, dengan kemampuan dan sejarah panjang dan tradisi juara bukan tidak mungkin di kompetisi periode berikut Persebaya kembali ke level tertinggi kompetisi nasional. Tentunya hal ini melalui sistem promosi, dengan menjuarai Divisi Utama.

Persebaya dan Bonek Memasuki Hidup Baru

Sebelum pencabutan sangsi di kongres tahunan PSSI pada Januari 2017 di Bandung, Persebaya menjalani sangsi panjang. Sangsi itu adalah masa kelam Persebaya. Bermula konflik internal Persebaya sejak tahun 2005 yang berkepanjangan terkait prestasi tim dan konfilk kepengurusan, serta adanya polemik kepengurusan pusat PSSI era Nurdin Halid tahun 2011.

Kepengurusan Persebaya pecah menjadi dua, satu kepengurusan membentuk tim baru dengan nama Persebaya 1927, sedangkan satu lagi kepengurusan tetap memakai nama Persebaya. Masing-masing kepengurusan berafiliasi di dua kepengelolaan liga  PSSI yang berbeda. Munculnya dua kepengelolaan PSSi itu tak lepas dari perseteruan pengurus pusat PSSI era Nurdin halid tahun2011.

Pihak klub Persebaya 1927 mengklaim diri sebagai “Persebaya asli” karena memiliki sisi historis dan dukungan para Bonek, yakni komunitas suporter tim yang dikenal sangat militan pada Persebaya. Pengaruh Bonek dalam perjalanan klub Persebaya sangat besar, diluar kepengurusan Persebaya sebagai sebuah tim sepakbola modern.

Dualisme dalam tubuh organisasi dan pengaruh Bonek didalam kekisruhan Persebaya tak juga mencapai titik temu penyelesaian sampai kepengurusan PSSI Pusat kembali rujuk. Tahun 2015 kompetisi sepakbola ISL dan Divisi Utama kembali bergulir, namun karena dualisme Persebaya belum terselesaikan maka mereka tidak bisa memenuhi syarat administrasi untuk ikut dalam kompetisi tersebut.

Kini segala permasalahan di tubuh Persebaya telah berakhir, dan lewat kepenguruan PSSI yang baru membuka pintu bagi tim Persebaya berjuluk “Bajul Ijo” tersebut untuk kembali meramaikan kompetisi sepakbola nasional.

Satu catatan penting yang adalah keberadaan Bonek yang tak terpisahkan dari Persebaya. Di satu sisi, Bonek menjadi nafas dan eksistensi Persebaya secara non-teknis. Tanpa Bonek, Persebaya ‘tidak ada apa-apanya’. Namun disisi lain karena sifat militan Bonek dalam mendukung tim kesayangannya seringkali kebablasan. Mereka seringkali berbuat onar dan anarkis yang merusak fasilitas umum dan menimbulkan rasa takut masyarakat. Seringkali juga terjadi perkelahian dengan pihak pendukung tim lain. Hal ini menjadikan Bonek bercitra negatif. Akibat dari semua itu, tim Persebaya seringkali mendapatkan sangsi dari penyelenggara kompetisi dan induk organisasi PSSI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun