Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Jokowi Bisa Membuat Menteri Jadi Galau

26 Juli 2016   13:42 Diperbarui: 27 Juli 2016   17:35 1871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; merdeka.com"][/caption]

Beberapa hari ini sejumlah menteri dibuat galau oleh Jokowi. Pasalnya, issue Resuffle Kabinet menghangat di lingkar istana dan elit politik. Ini dipertegas lagi setelah Jokowi 'melarang' sejumlah menteri meninggalkan Jakarta.

Kasihan para menteri itu. Bila mereka punya rumah di Tangerang, Depok, atau Bekasi maka secara administif mereka tidak boleh ke sana. Kalau coba-coba nekat maka secara administratif mereka sudah meninggalkan Jakarta yang berarti melanggar larangan. Kalau di sekolah, murid yang melanggar larangan akan dihukum Bapak/Ibu Guru. Bagaimana dengan para menteri?

Sebenarnya menteri tak perlu galau-galau amat. Mereka tetap bisa pulang ke rumah kerena punya rumah dinas di komplek Widya Chandra yang terletak pusat kota Jakarta. Kalau sang Menteri punya Kekasih Simpanan di Tangerang, atau Bekasi atau Depok maka si Kekasih Simpanannya itu yang harus DL (Dinas Luar), yakni ke Jakarta agar sang Menteri tidak Galau. Tentunya tidak ikut tinggal di Komplek Menteri karena bisa bikin galau negara ini. Ada banyak tempat bagus di Jakarta untuk bersama mengusir Galau. Walaupun demikian, sungguh tak disangka-tak diduga-tak dinyata-tak dikira ternyata Menteri bisa juga Galau. Jadi Galau bukan cuma domain ABG yang sedang kasmaran atau patah hati. Galau bukan hanya milik para jomblo yang menghitung umur.

Kini Galau jadi lebih elit karena menteri yang secara mental dan pengalaman sudah tak diragukan lagi, mapan, kuat dan tahan lama tak ternyata masih bisa terkena Galau. Para Menteri itu berasal dari berbagai berlatar belakang pendidikan dan profesi yang elit. Mulai dari pengusaha, politikus sejati, pensiunan birokrat atau tentara,  dan lain-lain.

Hingga artikel ini diposting belum terdeteksi apakah ada menteri berlatarbelakang Kompasianer, dan apakah mereka ikutan Galau. Kalau ada tentu sudah tidak asing lagi mengingat Kompasianer sudah terbiasa dan terlatih Galau disebabkan artikelnya dicuekin admin Kompasiana ; Artikelnya tidak Highlight, tidak Headline dan Future Article.

Saya sendiri saat ini sedang Galau. Walau sedang tidak menjabat menteri di Kabinet Jokowi, namun sebagai Kompasianer piscisan dan hermaprodit saya sangat yakin dan berharap jadi Menteri menggantikan si Menteri Galau sugalau yang berhasil diresuffle Jokowi. Artinya, Galau si Menteri tadi secara estafet diserahkan kepada saya selaku Menteri baru. Hanya bedanya, saya sudah pengalaman Galau di Kompasiana. Dengan modal Galau itulah hingga saat ini saya tetap menulis dan eksis di Kompasiana. Saya berharap, Galau yang baru nanti bisa lebih elit karena Galau oleh Jokowi, bukan lagi oleh admin Kompasiana.

Bila anda ingin jadi Menteri, jangan pernah takut Galau dicuekin admin Kompasiana karena Galau tersebut sungguh berguna bagi perjalanan karier anda !

-------
Pebrianov, 26/07/2016, Ruang tunggu kantor Dispenda, nomor urut antrian A315 dari 350-Tanpa Galau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun