Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Marah Disebut Mental Gaple dan Tempe

18 Agustus 2015   08:23 Diperbarui: 18 Agustus 2015   08:23 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ;http://cikalnews.com/static/data/berita/foto/besar/5207007005gaplek.jpg"][/caption]

Belum turun bendera merah putih berkibar. Belum lelah umbul-umbul warna-warni menyemarak lapangan lomba. Dikeramaian ada dua orang bersitegang dikelilingi banyak orang. Tangannya menunjuk-nunjuk, mata melotot, urat leher menegang seperti mau keluar dari kulit. Beberapa orang memegang badannya, menahan agar tak maju.

Kutanya beberapa orang di situ, ternyata si Bapak marah-marah karena dikatai Mental Gaple oleh temannya saat di lapangan.

Aku heran kok harus marah ? Bukankah bapak itu memang pandai main Gaple?
Bukankah Gaple permainan merakyat? Jadi bukan sesuatu yang hina dan asing.

Yang kutahu permainan gaple itu menggunakan kartu domino. Pemainnya empat orang, dibagi 2 pasang pemain. Masing-masing pasang terdiri dua orang. Pemainnya harus jeli, punya strategi dan kompak bila ingin memang.

Melihat cara bermainnya, gaple memuat banyak makna positif. Buktinya, permainan itu diterima banyak orang, dimainkan berbagai kalangan, menghadirkan suasana kekeluargaan, dan bahkan jadi salah satu 'ciri khas' acara 17 Agustusan di banyak tempat. "Kalo 17an ndak ada pertandingan Gaple serasa belum lengkap"

Soal hina-menghina memang bersifat relatif. Tergantung tingkat 'sensi' setiap orang. Jadi di satu sisi, apapun sebutannya bila sudah masuk ke level sensi tertentu memang bisa membuat orang lain marah.

[caption caption="http://dbagus.com/wp-content/uploads/2014/08/Bumbu-tempe-goreng.jpg"]

[/caption]

Kembali ke "mental gaple', saya jadi teringat sebutan 'Mental Tempe' yang sering diucapkan entah serius atau bercanda. Makna yang tersirat ditujukan untuk merendahkan seseorang atau pihak.

Awalnya saya heran, kenapa Tempe menjadi begitu rendah dan dijadikan'alat' menghina, padahal Tempe itu makanan yang rasanya enak, bergizi tinggi dan merakayat. Tapi ada sebagian orang tersinggung dikatakan Mental Tempe.

Usut punya usut, tanya kanan-kiri-atas-bawah kira-kira apa sebab? Ternyata konon karena cara membuat tempe bahannya diinja-injak. Ada yang mengatakan kalau tempe identik dengan makanan orang miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun