Mohon tunggu...
Imperial Jathee
Imperial Jathee Mohon Tunggu... Pekerja Media -

Tukang Bikin Tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel Populer Vs Novel Serius

23 Februari 2012   07:24 Diperbarui: 22 November 2017   14:17 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Novel populer adalah novel yang memiliki masanya dan penggemarnya. Memang menampilkan masalah aktual dan sezaman, tapi hanya permukaannya saja. Ceritanya tidak menampilkan kehidupan secara intens dan meresap. Untuk itu, novel populer akan cepat ketinggalan jaman, apalagi ada novel populer baru yang meledak. Sekitar, tahun 2004, pernah ada novel populer yang meledak, misal Dealova hingga dibuatkan film. Penulisnya adalah Dian Nuranindya. Berkisah tentang sosok Karra yang tomboi, suka basket, dan mengalami kisah percintaan yang rumit dengan Dira dan Ibel. Akhir cerita, Dira harus meninggal dunia hingga Kara berhubungan dengan Ibel, teman dari Kakaknya, Iraz. Karya sejenisnya adalah Fairish karya Esti Kinasih dan  Me vs Highheel karya Maria Ardelia, serta Eiffel I,m in Love Rachmania Arunita. Sejak saat itu hingga kini, novel-novel populer seperti itu banyak bermunculan, tak terhitung jumlahnya. Ciri-ciri yang tampak dalam novel populer adalah tokoh-tokoh yang kaya, tampan, cantik, dicintai, dikagumi, serta sanggup mengatasi segala masalah dengan cepat. Contohnya adalah Dira, sebagai sosok yang kaya dan tampan atau Ibel, sosok yang tampan, banyak dikagumi karena anggota band. Unsur cerita seperti plot, tema, karakter, dan latar dalam novel populer, biasanya bersifat stereotip, hanya begitu-begitu saja. Tujuannya adalah memudahkan pembaca untuk menikmati cerita atau sekedar mendapatkan hiburan. Plot dari Dealova adalah sekitar lapangan basket, kafe, sekolah, rumah dan hanya berputar itu-itu saja. Sastra hiburan hanya merangsang pembaca untuk membaca karena lebih mudah untuk dinikmati. Di samping itu, lebih mengejar selera pembaca, komersial, dan tidak menuntut untuk serius. Plot sengaja dibuat lancar dan sederhana karena hanya untuk memuaskan pembaca. Biasanya, akhir cerita adalah happy ending, misal dalam Dealova, tokoh  Karra yang ditinggal mati oleh Dira mengalami kesedihan, tetapi tetap menemukan kebahagian di akhir cerita, yaitu hubungan cintanya dengan Ibel. Kayam (1981), tokoh yang diciptakan adalah tokoh yang tidak berkembang kejiwaannya dari awal hingga akhir. Pada awal cerita, tokohnya sudah diberikan keterangan gambar yang  detail secara penuh, bahkan ciri-cirinya sehingga bebas bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa lain, misal tokoh Karra dalam Dealova yang begitu digambarkan sebagai gadis tomboi, manja, dan cuek dari awal hingga akhir cerita. Darma (2004), menyebut novel populer atau sastra pop atau hiburan sebagai escape literature. Karya sastra populer berfungsi untuk melarikan diri dari kebosanan, rutinitas sehari-hari, dan masalah yang tak terselesaikan, misal dalam Dealova, cinta yang diakhiri dengan kematian Dira dapat digantikan dengan kehadiran Ibel hingga berakhir bahagia. Tentu, lain halnya dengan novel serius. Novel serius mengajak  pembaca untuk menafsirkan dengan bekal intelektualnya. Untuk membaca novel serius diperlukan kemauan dan daya konsentrasi yang tinggi. Pengalaman kehidupan dihayati hingga menemukan nilai-nilai yang universal. Selain, memberikan pengalaman yang berharga, novel serius mengajak pembaca untuk merenungkan dan meresapi permasalahan secara sungguh-sungguh. Darma (2004), sastra serius adalah sastra interpretatif, yaitu untuk ditafsirkan. Untuk itulah novel serius akan bertahan dalam segala zaman dan akan terus menarik untuk diperbincangkan. Novel serius, misalnya Bumi Manusia. Dalam novel ini, dikisahkan tokoh yang bernama Minke terkagum-kagum dengan seorang nyai yang bernama Ontosoroh. Nyai ketika itu dipandang sebagai manusia rendah, bodoh, budak seks, ataupun wanita yang merelakan tubuhnya untuk harta. Namun, Pramoedya dalam novel tersebut menggambarkan Nyai Ontosoroh yang begitu terpandang, misal kemampuannya belajar membaca dan bahasa Belanda dengan cepat. Selain itu, Nyai Ontosoroh mampu mengurus peternakan sapi dari Herman Mellema, suaminya, hingga maju dan berkembang. Di sisi lain, novel Bumi Manusia juga menggambarkan tokoh Minke yang menolak tradisi Jawa, yang ketika bertemu seorang penting atau priyayi harus berjongkok dulu. Minke adalah pribumi pertama yang mampu menerbitkan media koran untuk pertamakalinya di Hindia atau Indonesia.  Banyak cerita pelik lagi didalamnya, misal Annelies Mellema yang menginginkan untuk menjadi pribumi dan membenci kulit putihnya. Gadis ini begitu sayang dengan Mamanya, yaitu Nyai Ontosoroh. Akhir cerita, karena hukum Belanda yang berlaku, Annelies harus dibawa ke Belanda dan berpisah dengan kekasihnya Minke, yang seorang pribumi. Gara-gara persoalan ini, Annelies menjadi sakit-sakitan dan meninggal dalam novel selanjutnya, yaitu Semua Anak Bangsa. Selain itu, dalam novel, tokoh Minke begitu menentang diskiriminasi kulit putih dan kulit berwarna, serta kolonialisme di negerinya sendiri. Ia juga diceritakan begitu kagumnya dengan kebangkitan bangsa Asia, misal kemenangan perang Jepang atas Rusia. Tentu, novel serius seperti ini akan terus menarik diperbincangkan. Contoh novel serius yang lain adalah Jejak Langkah, Rumah Kaca, Belenggu, Atheis,  Burung-burung Manyar, Para Priyayi, dll.

****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun