Mohon tunggu...
PAULUS BUDI WINARTO
PAULUS BUDI WINARTO Mohon Tunggu... Guru SMP Pendowo Ngablak Magelang

Hobi membaca, menulis, jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenalkan Onomatope Kepada Peserta Didik Di Sekolah, Perlukah?

26 Juni 2025   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2025   11:34 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan outbound di SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang (Sumber: foto koleksi pribadi Paulus Budi Winarto)

Salah satu fenomena upaya masyarakat, termasuk peserta didik di sekoah, dalam berbahasa adalah menciptakan kata-kata untuk melukiskan bentuk suara atau bunyi. Dalam ilmu bahasa, formasi kata untuk melukiskan bunyi itu diberi nama yang cukup rumit membuat lidah berbelit yakni onomatope (dari onomatopoela)

Di dunia komik, onomatope asyik dimanfaatkan sebagai elemen pendukung komunikasi maupun estetika. Tanpa peran serta onomatope, seolah komik sekadar film bisu yang bahkan tanpa iringan live-music, terkesan sunyi sepi membisu seribu bahasa. Namun, dalam komunikasi sehari-hari, misalnya di kalangan peserta didik di sekolah, onomatope kerap kali memegang peran penting demi mengekspresikan aneka ragam bunyi.

Yang fenomenal, bunyi-bunyian pada hakikatnya universal, sama dan seragam di mana saja, kapan saja. Namun salah jika kita menduga bahwa onomatope juga sama dan seragam di mana dan kapan saja. Ternyata setiap bahasa memiliki tafsir saling beda terhadap bunyi yang sama. Maka bermunculan aneka ragam onomatope yang saling beda satu sama lain, meski berasal dari realita bunyi yang sama.

Misalnya onomatope suara kambing mengembik di Indonesia adalah embeek, namun di Jerman maeh, sementara di Spanyol bee, mirip di Inggris baa.

Suara anjing menyalak di Indonesia ditafsirkan sebagai guk-guk, yang memang agak mirip di Belanda yang wuf-wuf, namun jelas lain dengan di Jerman yang waf-waf, atau di Norwegia vov-vov, di Spanyol guau-guau, di Prancis whou-whou, di Amerika Serikat bow-wow. Masalah makin rumit, akibat kesakitan, suara anjing di Indonesia malah langsung berubah menjadi kaing-kaing!

Anehnya, tafsir ekspresi terhadap suara kucing masih lebih mirip satu dengan lainnya. Suara kucing di Indonesia meong-meong, tidak terlalu jauh dari di Cina yang miau-miau, atau di Irlandia: meow-meow.

Suara bebek di Indonesia kwek-kwek, mirip di Inggris quack-quack, tetapi entah kenapa di Prancis bisa menjadi coin-coin.

Lebih kacau adalah onomatope suara ayam betina berkotek di Indonesia ko-kok-pe-tok, sementara di Italia ko-ko-day, dan di Skotlandia cukup:cluck-cluck.

Suara jago berkokok di Jawa Tengah ku-ku-ru-yuk, meski sebenarnya bertetangga namun di Jawa Barat langsung berubah menjadi kong-ke-ro-ngok, apalagi nun jauh di Inggris lain sama sekali: cock-a-doodle-doo, di Belanda ku-ke-le-ku, di Jerman ki-ke-ri-ki, selafal dengan di Italia chic-chi-ri-chi, padahal pada kenyataan bunyi ayam sebenarnya di mana saja sama! Tidak ada suara ayam dialek Jerman, dialek Amerika, atau dialek Indonesia, apalagi Jateng atau Jabar, atau mana saja.

Daya imajinasi berbagai bahasa dalam upaya menafsirkan bunyi halilintar juga tidak kalah menakjubkan sekaligus membingungkan. Tafsir bahasa Jawa terhadap bunyi (campur visualisasi) halilintar adalah byar..byar..dhuer...! Atau bisa juga: kelelap..jle-ghur..! Namun dalam bahasa Jerman, halilintar yang sama bisa berbunyi sama sekali lain, yaitu blitz..blitz...bum..! Sementara oleh para creator komik Amerika Serikat, bunyi petir lincah diterjemahka menjadi : zap..zap..whaam! Percaya atau tidak, dalam salah satu dialek Cina, onomatope suara halilintar malah: lung-lung-lung...bi-ye-le-lek...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun