Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Inilah Dampak Larangan Mudik Lebaran bagi Satpam Perumahan

16 Mei 2021   16:15 Diperbarui: 16 Mei 2021   16:22 2842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi satpam (satpamapsi.com)

Satuan pengamanan (Satpam) adalah sekelompok orang yang dipercayakan untuk menjaga keamanan dalam masyarakat dan pada instansi tertentu, baik instansi pemerintah maupun swasta. Mereka sebagai pekerja outsourcing atau pekerja yang digaji oleh warga masyarakat setempat.

Soal gaji Satpam rata-rata mengikuti upah minimum daerah. Berbeda dengan satpam yang dibiayai oleh warga seperti di perumahan-perumahan. Gaji mereka disesuaikan dengan kemampuan keuangan warga sehingga rata-rata di bawah upah minimum daerah.

Mereka dituntut untuk tertib dan sigap dalam mengamankan lingkungan. Biasanya jam kerja dibagi dalam dua shift, yaitu shift pagi dan shift malam. Setiap shift ada yang standby di pos depan atau gerbang depan, yang lain standby di pos-pos strategis di dalam perumahan. Setiap sejam atau dua jam mereka harus mengontrol keadaan blok per blok. Satpam adalah tulang punggung keamanan. 

Dalam situasi liburan Lebaran jelas mereka terus bekerja mengamankan lingkungan. Tidak ada waktu libur. Kendati ada liburan, mereka harus mencari teman pengganti dengan menukar hari kerja. 

Mereka dituntut ekstra pengamanan mengingat banyak rumah yang kosong ditinggal penghuninya. Warga maupun tamu yang gendak masuk diberi kartu tanda keluar masuk. Khusus tamu harus meninggalkan tanda pengenal dan dicatat dalam buku tamu. 

***

Biasanya, pada tahun-tahun sebelumnya, warga perumahan memanfaatkan libur Lebaran untuk mudik ke kampung halaman. Mereka meninggalkan rumah untuk melampiaskan rasa rindu dengan orang tua, sanak saudara setelah sekian waktu tidak ketemu. 

Momen Lebaran benar-benar dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dan merayakan Lebaran, sekaligus sebagai ajang refreshing dari rutinitas kerja di kota. Rentang waktu liburannya beragam. Ada yang lima hari, ada yang seminggu, ada juga yang dua minggu. 

Berbeda dengan libur Lebaran tahun ini. Warga di perumahan-perumahan kelas menengah ke atas. Mereka menanggapi larangan mudik oleh pemerintah secara akal sehat dengan "menguburkan" untuk sementara emosi familiaritasnya demi mendukung kerja keras pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid-19. Mereka memilih tidak mudik. 

Mereka menomorsatukan kesehatan dan keselamatan keluarga dan sesama daripada silaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Toh, dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, mereka bisa bersilaturahmi secara daring.

***

Sebagaimana biasa, ketika liburan tahun-tahun sebelumnya, satpam dipercayakan warga (secara pribadi tentunya) untuk menjaga dan memelihara rumah secara khusus. Setiap hari mereka mengontrol kendaraan seperti mobil, sepeda motor dan sepeda kayuh. Mereka juga diminta untuk menghidupkan dan mematikan lampu teras rumah, serta menyiram tanaman. Bagi warga yang hobi memelihara hewan seperti burung, mereka butuh satpam untuk secara rutin memberi makan dan membersihkan kandang. 

Melalui pekerjaan tambahan ini, mereka mereka mendapatkan tambahan pemasukan atau uang tips. Hitung-hitung kalau seorang satpam dipercayakan menjaga 5 rumah dengan tips seratus sampai dua ratus ribu rupiah per rumah. Syukur-syukur lebih dari itu. Jumlah yang sangat berarti bagi mereka. 

Namun, pupuslah harapan satpam pada liburan Lebaran tahun ini. Kebanyakan warga memilih tidak mudik karena Pandemi Covid-19. Tidak ada lagi tambahan pemasukan.

***

Penghasilan sampingan seperti itu bagi satpam perumahan sangat berarti. 

Gaji sebulan tidak cukup untuk biaya hidup keluarga selama sebulan. Paling-paling cukup untuk hidup dua minggu. Syukur-syukur ada modal sehingga bisa mencari pemasukan tambahan seperti membuka warung makanan kecil-kecilan atau kios kecil untuk menjual barang-barang kebutuhan pokok warga sekitar rumah. Jika tidak ada modal, mereka terpaksa gali lubang tutup lubang.

Mencari pekerjaan dengan gaji yang relatif besar tentu sulit. Mereka kalah bersaing dengan jutaan pencari kerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Maka, menjadi satpam adalah pilihan yang tepat agar bisa menghidupi istri dan anak. 

Semoga tulisan ini membuka hati kita untuk lebih peduli terhadap sesama di sekitar yang dengan susah payah menghidupi keluarga. Terutama bagi warga perumahan agar lebih humanis dalam memandang satpam, bukan melulu sebagai pekerja dan pemberi gaji. Bukankah memberi dari hati, bahkan memberi dari kekurangan akan mendapatkan pahala yang lebih besar?

Semoga.

Jakarta, 1605021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun