Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden SBY dan Media

15 Juni 2016   09:32 Diperbarui: 15 Juni 2016   09:46 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden keenam ini paling doyan media, apalagi media sosial. Twitter dan youtube,menjadi andalan belia baik sebagai pribadi atau presiden. Sang istri, Bu Any aktif di istagram,berkaitan dengan hobi beliau photografi. Artinya bahwa beliau akrab dan mengerti dengan baik watak dari media. Suka atau tidak Pak Beye membangun citra dari sejak mau “menantang” Bu Mega melalui kekuatan media, dengan sosok gagah, santun, dan tentu menawan bagi kalangan ibu-ibu. Usai Pak Sjafri dan Pak Wiranto munculnya kesayangan media melalui Pak Beye. Cara ini dipakai terus salah satunya dengan model audisi pas memilih kabinetnya, ada karpet, ada konpres usai diaudisi beliau dan mengatakan akan ditaruh di pos mana, ada yang girang, ada yang garing karena tiba-tiba tidak jadi dilantik, yang katanya karena tidak tahan stres. Media telah membesarkan Pak Beye, beliau tidak heran merasa kecil karena Demokrat tidak punya media besar waktu itu. Suka atau tidak, media juga punya sisi lain, dan sayangnya Pak Beye gagap melihat itu, sehingga terbawa perasaan sering menuduh media memelintir berita dan menggorengnya.

Betapa jasa media itu bisa begitu kuat membesarkan namun bisa juga mengubur dalam-dalam. banyak kisah demikian, bagaimana heboh Keong Racun, Polisi Joged India,dan banyak lagi. Itu sangat wajar namun jangan pula lupa bagaimana Desy Ratnasari yang kena batunya karena menjawab judes dan singkat pas terkena isu beberapa waktu lalu. Media tetap saja memiliki kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Pak Beye dan Media Darling

Kekuatan media yang demikian besar ditangkap Pak Beye yang mau naik menjadi RI-1 “menantang” Bu Mega yang merupakan atasannya. Media memberikan perhatian besr ke Pak Beye dan bisa menang dengan baik, Demokrat yang bukan apa-apa akhirnya menjadi juara. (tanpa perlu curiga kecurangan). Membangun citra diri yang santun, lemah lembut, penuh pertimbangan, dan menggunakan staf khusus sebagai juru bicara melalui Andi M, sebagai jembatan presiden ke media. Aktif di media sosial dan pidato via youtube,berkicau di twitter,menampilkan beliau sangat menikmati peran media. Jump darat dengan para pegikut di media sosial yang beliau miliki, jelas bahwa beliau menikmati peran media yang memberikan kepada beliau kemudahan, bantuan, dan meningkatkan citra beliau. Media sangat sayang dan senang dengan pola politik yang beliau pilih.

Obyektif Media yang Dipertanyakan

Unsur ini bisa disepakati, entah karena angin atau badai yang mengiring akhir penghujan dan menjelang kemarau, beliau baru-baru ini mengkritisi kekuatan media yang ada di belakang kekuasaan. Suka atau tidak suka, media bisa menggiring opini, beliau tahu dengan persis itu. Kelompok besar media saat ini ada di Grup milik Tandjung (condong ke beliau), milik Paloh (yang sering beliau curigai dan kini memihak penguasa), Ical (bisa mendua dan ini yang kelihatannya membuat beliau gerah), dan Tanu (yang sangat tidak fokus selain bisnis dan kepentingan diri), selain grup-grup media yang tidak secara langsung main politik seperti Kompas Grup, jawa Pos Grup, dan Tempo Grup tentu saja medsos yang sangat “liar” ke mana angin bertiup. Beliau menyatakan bahaya kalau media terlalu membenarkan penguasa, dalam arti sisi kritis itu mati dan malah membela selalu benar para penguasa. Apalagi kelompok Ical dengan Golkarnya yang telah dibawa Setya N ke gerbong Pak Jokowi, ini memang bisa sangat berbahaya. Obyektivitas karena dekat kekuasaan, pemilik adalah petinggi parpol, dan kecenderungan selama ini memang  tidak bisa sepenuhnya obyektif dan murni demi pemberitaan.

Pak Beye Bete pada Media

Sayangnya Pak Beye dan Ibu lupa peran sesisi media yang bisa membuatnya jengke. Ungkapan kejengkelan bisa disaksikan sebagai berikut. Minimal dua contoh ini, padahal jauh lebih banyak. Mengapa demikian?  Karena adanya berikut buruk itulah berita terbaik yang sering dipakai media dan pewarta yang cari mudahnya.

"Tapi ada dua media yang mempelintir selalu, apa pun pernyataan Presiden, dan itu dipelintir bahkan sampai berhari-hari enggak habis-habis begitu, sehingga mungkin itulah kira-kira alasan Presiden sementara ini tidak begitu banyak memberikan rilis atau pun pernyataan," katanya. ( Dua Media Selalu Pelintir Penyataan Presiden)

"Saya menyampaikan statement seperti itu, tapi banyak yang kreatif, akhirnya dipelintir ke sana ke mari, digoreng," keluhnya. (Di Depan Para Bupati, SBY Curhat Pernyataannya Dipelintir Media)

Media sebagai salah satu pilar demokrasi, mau tidak mau dan suka atau tidak suka baru merasakan eforia setelah 32 tahun di bawah kekuasaan represif. Terkadang masih lupa dan abai akan netralitas dan obyektifitas. Sentilan Pak Beye ini baik dan tentu pantas didengarkan, hanya soal cara yang harus juga memakai media, di mana beliau main dua kaki tentunya, mengapa tidak lewat presiden dan pemerintah yang kemudian memberikan pendidikan lewat kementrian, bukan represi dan melarag pemberitaan lho, namun mengarahkan lewat PWI, AJI, atau asosiasi media lainnya untuk bekerja lebih menekankan etik jurnalistik di atas kepentingan rating dan ketenaran lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun