Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

[HumPol] Kampanye Serasa ABG PDKT

31 Oktober 2016   10:45 Diperbarui: 31 Oktober 2016   10:55 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[HumPol] Kampanye Serasa ABG PDKT

Santai saja, gak perlu hujat dan cela, edisi ngakak bareng saja. Masa kampanye mulai, tingkat panasnya juga mulai meninggi. Tidak heran mulai juga meningkat gaya komen dan artikel. Tidak heran karena memang demi suara bisa saja semua dikatakan.

Anies, heran ini mengapa tiba-tiba membuat blunder yang tidak kecil lho, soal KJP dan KIP. Ketika menyatakan kalau Ahok yang menolak KIP, menolak program Jokowi bukan program Anies. Padahal ada KJP dan KIP tidak masalah. ah yang bener Pak Anies kalau tidak salah, bukannya akan membuat orang mendapat dobel yang artinya di tempat lain ada yang sebenarnya bisa mendapatkannya? Contoh, pemda yang belum mampu memberikan kartu itu dengan jumlah sebanyak permintaan, kan bisa dijangkau KIP Pak.

Agus, soal trotoar, mengapa baru kali ini bincang soal trotoar? Ya karena baru kali ini jalan kaki dan betapa tidak nyamannya K-5 di negara ini. Mengenai penertiban-penggusuran, bagaimana ia mengatakan soal hunian itu juga soal hati, apakah bisa diterjemahkan kalau hunian di tempat yang tidak semestinya, tapi karena nyaman boleh? He..he..ah yang benar Pak Agus. Kelihatan apa yang disampaikan masih berkutat antitesis yang dilakukan Pak Ahok, dan masih mentah.

Ini mereka mau jadi gubernur atau kritikus? Kalau jadi gubernur itu berlatihlah dari tukang jamu, atau produsen kecap yang mengatakan dirinya nomor satu, terbaik, tanpa mencela merk lain. penjual jamu itu berkoar-koar soal produknya yang terbaik, patut dicoba, tepercaya, dan paling handal. Jaranglah penjual jamu dengan menjelekan produk lain dengan vulgar sebagaimana para politikus.

Produsen kecap juga akan mengatakan produknya nomor satu tanpa mengatakan produk x sebagai tidak bisa dipercaya, paling mengatakan asli kedelai, paling kental, atau alami. Tanpa mengatakan merk lain jelek secara langsung.

Artinya, para calon lebih baik belajar dari penjual jamu dan produsen kecap, daripada konsultan politik dan kampanye yang mahal, namun fokusnya toh Ahok lagi Ahok lagi. Tidak beranjak dari yang namanya Ahok. Coba katakan apa yang menjadikan mereka itu layak dipilih, bukan malah mengatakan nama Ahok atau kinerjanya. Sekarang, apa bedanya denga abg yang sedang pdkt kalau begitu. Menyatakan kalau  cowok yang sedang mendekati itu jelek, bukan mengatakan kalau aku itu lebih baik karena begini..begini....

Bahayanya kalau abg pedekate dan mendapatkan penolakan bisa beringas dan menggunakan kekerasan, harapannya ini jauh dari itu. Soalnya meskipun menggunakan pola pedekate abg toh usia mereka sudah dewasa dan bahkan sudah sangat berpengalaman.

Mau jadi gubernur atau kritikus coba? Pengamat itu sudah banyak, belum lagi dewan yang tidak pernah kerja itu juga sudah bekerja jadi kritikus yang tidak ada henti-hentinya. Kalau mau jadi gubernur jelaskan apa yang meyakinkan akan mengubah Jakarta menjadi lebih baik, bukan malah fokus ke Ahok.

Salam HumPol

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun