SBY Turun Gunung'
Minimal dalam waktu yang tidak terlalu lama SBY sudah dua kali menegaskan. Apa yang disampaikan AHY diulangi lagi oleh SBY.
Politisasi bencana. AHY mengatakan bencana mengajak pemerintah untuk evaluasi. SBY mengulang dengan mengatakan mungkin karena kita serakah banyak bencana. Lihat identik.
Kemudian lagi soal sosok pengkudeta. AHY mengirim surat kepada Jokowi. Dicuekin, kader meradang, memaksa, dan istana diam saja. Moeldoko yang menyatakan itu pribadi, bukan istana.
AHY mengatakan Jokowi tidak tahu apa-apa. Serangan kepada AHY dan Demokrat, pun SBY makin deras. Malah sampai soal museum dan dana hibah ditarik. Pukulan kepada mereka, bukan ke Jokowi.
Turun gunung, SBY mengatakan yang sama. Jokowi tidak tahu apa-apa, dengan penekanan pada Moeldoko itu bisa merugikan Jokowi. Nah ada beberapa yang menarik dari sini.
Ini sama juga emak minta anaknya beli bumbu di warung. Tidak lama si mak datang sendiri ke warung dan mengatakan anaknya kurang beli ini dan itu. Masyarakat boleh dan bisa memahami, SBY mengaungkan suara AHY.
Tetapi bisa juga memaknainya SBY tidak yakin dengan apa yang telah AHY lakukan memiliki dampak. Hal yang kontraproduktif sejatinyabagi AHY.
Ketika orang berbicara soal keberadaan Demokrat, kini bisa lha si bapak saja tidak percaya. Mosok kita suruh memilih. Ini sebuah pilihan fatal.
Jauh lebih baik, bijak, dan bagus, SBY bicara dulu dan AHY yang menegaskan. Otonomi lebih besar AHY jika demikian. toh itu pilihan mereka dalam berpolitik.
Jokowi, mereka mengulang-ulang kata dan nama Jokowi. Padahal Jokowi sendiri tidak akan peduli. Lha untuk apa coba, kan periode besok sudah tidak bisa jadi calon. Upaya sia-sia.