Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Din Syamsudin dkk Perlu Lebih Jeli Membaca Rekam Jejak Jokowi dan Politikus ini

14 April 2020   18:33 Diperbarui: 14 April 2020   18:52 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Din Syamsudin dkk Perlu Lebih Jeli Membaca Rekam Jejak Jokowi dan yang ini

Cukup menarik apa yang dilakukan Din Syamsudin dan kawan-kawan mengajukan uji materi kepada MK. Hal yang lumrah sebagai negara demokrasi, mengajukan peninjauan produk hukum kepada lembaga yang memang berwenang. Tidak ada yang salah, itu hak konstitusi dan dijamin UU. Lembaga yang lahir usai reformasi itu baik adanya dan memang harus demikian. Tidak ada yang salah dengan upaya itu.

Perlu diingat dan dilihat dengan lebih jeli, dalam, dan komprehensif adalah ini pandemi. Ingat, sekali lagi, pandemi, bukan persoalan sepele. Hal yang terjadi hampir di seluruh dunia. Perlu kecepatan dan kesigapan. Wong nyatanya sudah ada yang mengatakan katanya terlambat, menyepelekan, dan sejenisnya. Artinya kegentingan pandemi jauh lebih utama dari pada dugaan di antara mereka yang menggugat itu.

Ada dua point besar alasan mereka, adanya dugaan atau kecemasan menjadi diktator konstitusional. Ini pernyataan Din syamsudin. Lagi-lagi sah sah saja sebagai sebuah pendapat di negara penganut paham demokrasi. Bagaimana nantinya MK akan mengetuk palu, siapa lebih menaati hukum dan mana yang salah tafsir. Layak ditunggu.

Kedua, pernyataan Ahmad Yani yang mengatakan, ada bahaya ini adalah upaya merampok uang negara dengan mengatasnamakan pandemi atau dana penanggulangan covid 19. Cukup menarik, bagaimana pernyataan ini seolah-olah bahwa uang negara di tangan para perampok yang perlu diselamatkan secara dini. Dan mereka adalah pahlawan itu.

Pernyataan kedua dulu yang lebih mudah diurai. Bagaimana kita perlu jeli melihat kata merampok. Dua pribadi yang sudah teruji Menkeu Sri Mulyani pemegang uang dan bendahara negara, serta Jokowi selaku pemegang mandat atas nama bangsa. Mereka selama ini toh bisa dilihat rekam jejaknya seperti apa, jauh bisa memercayai mereka dari pada yang lainnya.

Mengenai pemilihan kata rampok, cukup aneh dan luar biasa kasarnya. Bagaimana anggota dewan sekaligus pengawas menggunakan kata demikian seolah pemerintah adalah bandit demokrasi. Perlu fakta sebagai berikut untuk menjawab tudingan rampok itu.

Jokowi itu memiliki banyak pembenci karena alasan subsidi banyak dipangkas. Akar rumput layak jengkel. Toh lama kelamaan bisa dan memang mampu. Ini soal mentalitas. Berapa banyak uang dibakar untuk BBM dan juga listrik? Siapa merampok dan siapa dirampok dalam konteks subsidi ini.

Belum lagi jika bicara mafia migas. Memangnya selama ini di mana Ahmad Yani dan kawan-kawan. Apa baru Jokowi yang akan merampok? Masih segar soal Asabri dan Jiwasraya, siapa di balik itu semua? Jokowi atau siapa? Tidak perlu menyebut pemerintahan dan periode nanti ada yang tantrum lagi.

Free Port itu kekayaan mahabesar, di mana kalian selama ini? Jokowi yang merampok? Tidak usah naif ketika berbicara soal pandemi yang menggunakan aggaran relatif kecil kog dari pada yang sudah dirampok oleh para petinggi tamak selama ini. 

Ke mana saja kalian? Pernah tidak menggugat bagi hasil Blok Mahakam,  Freeport, atau kawasan tambang lainnya? Atau malah  kalian yang biasa mendapatkan fee dari sana semua kemudian berteriak kek anak kecil kentut? Jangan bilang ini tudingan ngawur, hanya bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun