Tiba-tiba Rizieq Shihab menilai Pancasila secara positif, bahkan mengritik BPIP, secara isi, kali ini sepakat dengan RS mengenai Pancasila itu dasar negara, bukan pilar. Ingat setuju pada pernyataan, namun apakah Rizieq menghayati kedudukan Pancasila sebagaimana ucapannya? Ah tidak yakin, jangan lupa, ia pergi atau kabur itu salah satunya adalah karena pelecehan atau penghinaan pada Pancasila. Tiba-tiba yang biasanya meremehkan bahkan melecehkan kemudian memuji itu ada apa coba?
Tentu bahwa bukan RS dan kelompoknya saja yang bermain ini, mana ada kemampuan strategi pun dana untuk itu. Mereka hanyalah pion yang bisa jadi apa saja, korban pertama kalau keadaan kacau, pun bisa jadi pelaku pertama yang akan diumpankan. Â Keadaan sejalan diperoleh, mereka akan ditendang duluan juga. Posisi yang tidak nyaman jika mau melihat lebih dalam.
Apa yang ada di atas memperlihatkan, bahwa ini adalah kepentingan kelompok fundamentalis yang akan kehilangan panggung. Pembubaran HTI tanpa dengan penegakan hukum memang rentan ke mana-mana. Bak simalakama, penegakan hukum akan datang hujatan antiagama dan antiulama, dibiarkan merajalela.
Konsekuensi logis atas keputusan pembiaran oleh pemerintah yang lampau. Panenan sekarang, ketika mereka makin kuat dan meruyak ke mana-mana, makin sulit dihentikan. Mana kawan mana lawan sudah tidak lagi jelas.
Berkat terselubung yang miris jika mengucapkan syukur, namun tentu bahwa itu  adalah pembelajaran bersama. Tidak sampai seperti konflik Dayak-Madura. Benturan dobel agama dan ras elah gagal karena keteledoran pihak yang mau saling tunggang itu.
Ranah spiritual yang sering diabaikan, atau sering orang hanya pada permukaan, ternyata membawa berkat luar biasa bagi bangsa ini. Coba rancangan masak, matang, dan mungkin ada juga yang dari luar membanu toh masih meninggalkan celah dan akhirnya terbongkar. Jangan sepelekan ranah Roh atau Spirit Yang Ilahiah.
Upaya-upaya memecah-belah, sejak prapemilu, hingga hari ini selalu gagal, lolos dari lobang jarum karena perilaku ugal-ugalan dengan mengaitkan agama itu memang akhirnya gagal. Agama, atau menghubungkan dengan agama itu kan hanya alat dan sarana, dan mereka malah abai dengan agama sebagai yang esensial, ada Yang Kuasa yang akan memperlihatkan.
Memang kelompok fundamentalis toh tidak berdiri sendirian, namun mereka cukup dominan di sana, sehingga abai dan tidak hati-hati, sehingga membuka kedok mereka sendiri. Inilah yang dikatakan Gusti ora sare. Tuhan menampakan yang tersembunyi itu nyata.
Terima kasih dan salam
