Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jika Anies adalah Titipan Jokowi, Apa Arti Politikus Ini?

19 Juli 2019   09:00 Diperbarui: 19 Juli 2019   09:03 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jika Anies adalah Titipan Jokowi, Apa dan ke mana Politikus Satu ini?

Cukup menarik ketika panas lagi berita jika Anies Baswedan adalah orang titipan Jokowi dalam pilkada 2017 lampau. Berbagai argumen bisa dilihat lebih jauh. Mungkin atau tidak, jika iya apa alasannya, apabila tidak mungkin apa saja alasannya. Namun artikel ini bukan itu. Titik fokus ulasan ini adalah posisi Anies Baswedan, Ahok, dan salah satu kandidat lain, yaitu AHY.

Ahok.

Jelas, jika Jokowi sebagai pribadi akan mendukung Ahok sepenuhnya, karena pernah bekerja sama, tahu dengan baik kualitas, kekuarangan, dan visi misi mereka memang sama, klop, dan sejalan. Tidak akan berlebihan bahwa ada anggapan bahwa Ahok adalah "orang" Jokowi. Dengan mudah bisa dikatakan dengan demikian.

Tetapi, kan jelas  urusan hukum sudah di depan mata, akan seperti apa akhir dari drama Ahok dan itu terbukti. Jadi sangat mungkin Jokowi sebagai presiden tidak akan melakukan dukung mendukung kandidat DKI 2017  itu. Toh sudah berjalan dan hasilnya juga sudah ada seperti apa.

Anies Baswedan

Dulu sudah cukup nyaring terdengar jika itu adalah titipan Jokowi karena kemungkinan besar Ahok akan masuk penjara. Rencana cadangan lah. Namun dengan berbagai-bagai macam fakta kog tidak demikian. Pun bukan model Jokowi berpolitik macam itu. Fokus ulasan bukan pada hal yang ini.

Dan ujungnya pun jelas dengan segala trik dan intrik, mereka yang diprediksikan tereliminir awal malah menjadi pemenang dengan mengalahkan dua kandidat lainnya, melaju pada putaran kedua dan menang 58%. Sah sebagai hasil demokrasi, bukan soal cara.

AHY.

Pasangan AHY dan Sylvia dengan mentor SBY dan dukungan penuh Demokrat diprediksikan akan dngan mudah menumbangkan Anies-SU, dan masuk putaran keua dengan Ahok-Djarot. Ternyata oh ternyata, AHY sebagai politikus baru, muda, dan penuh harapan, tinggal harapan.

Dengan cepat tereliminasi pada babak awal dengan raihan suara yang jauh dari harapan semula. Desas-desus titipan Jokowi pun sama sekal tidak ada. Apalagi kini, jelas posisinya jauh dari apa yang sekiranya patut dijadikan isu dan wacana.

Jika menggunakan logika Anies adalah titipan Jokowi itu benar, ingat prasyarat jika, berarti AHY bukan orang yang menjadi pertimbangan Jokowi sejak dulu. Tidak masuk hitungan dan pertimbangan.

Berangkat dari situasi dan narasi itu, apa yang dilakukan Demokrat dan pendekatannya dengan pilpres  2019 dan kemenangan Jokowi-KHMA bagaimana? Beberapa hal patut dilihat sebagai  berikut;

Pertama, Demokrat sejak awal setengah hati bersama koalisi adil makmur. Baik sejak penetapan calon hingga usai pencoblosan. Narasi jenderal kardus yang panas, hingga mengatakan bubar kebersamaan begitu usai pencoblosan, karena hitung cepat memberikan gambaran kekalahan.

Mereka jelas banyak berharap ada di dalam kebersamaan dengan pemerintah. Dibarengi narasi dan wacana-wacana yang cenderung demikian.

Kedua, pendekatan personal AHY dengan Megawati dan keluarga pas Lebaran jelas menunjukkan seperti apa dan ke mana arah mereka secara politis. Tidak ada istilah anjangsana momen hari raya saja, ada pula unsur politik yang hendak diraih. Jangan naif ketika berbicara orang politik, jelas kepentingan ikut di sana.

Ketiga, upaya adil makmur ke mana-mana, penolakan hasil juga cenderung tidak disetujui Demokrat. Hanya mengirimkan perwakilan oleh beberapa oknum untuk mengikuti genderang serasi dengan adil makmur, namun sejatinya sama sekali tidak ada yang selaras di sana.

Keempat, jauh sebelum masa kampanye dan gaung pilpres, AHY sudah melakukan safari politik, termasuk ke Jokowi, apa artinya, jika tidak jadi wapres tentu minimal ikut jadi menteri. Sangat wajar dan logis.

Kelima, isu dan narasi jika Prabowo menghendaki dana segar 1 T untuk maju pencalonan jika mau AHY yang menjadi calon wakil presidennya. Toh model pengakuan atau klaim sepihak dan susah menemukan kebenaran. Akhirnya juga sama dengan jika benar titipan maka, di sini pun sama. Ada prasyarat.

Apakah ini artinya AHY juga akan susah masuk kabinet?  Mengapa jika demikian?

Satu, PDIP enggan memelihara anak macan, dan emberikan tiket wild card, karpet merah untuk putera SBY.  Jauh lebih aman adalah mengeliminir pesaing potensial yang  ada sejak awal. Namanya politik bukan matematik.

Dua, sebagai pemimpin koalisi PDI-P memiliki cukup  ruang untuk memilah dan memilih. Kabinet itu juga persiapan untuk 2024. Jangan naif, ini politik, bukan bagi-bagi kue ulang tahun.

Tiga, model pendekatan Demokrat dan SBY yang cenderung mau enaknya, main dua kaki, dan mirip kala menjadi menteri era Megawati, apa iya mau mengulang kisah yang sama? Tentu menjadi pertimbangan matang.

Sekali lagi, artikel ini berbicara soal posisi AHY jika ARB adalah titipan Jokowi, bukan membahas bena atau tidaknya Anies Basweda sebagai titipan Jokowi. Berbeda jauh dan tentunya bisa jadi satu artikel lain karena memang banyak alasan yanng sangat mungkin bisa menjadi penguat atau pelemah atas argumen titipan ini.

Perlu prasyarat  jika benar Anies adalah titipan, maka posisi AHY masuk kabinet jauh lebih berat. Toh masih bisa juga, jika isu titipan itu tidak benar. Toh politik, semua serba mungkin. Ingat  politik bukan matematik.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun