Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Watak Asli Sandi Mulai Kembali

29 April 2019   19:06 Diperbarui: 29 April 2019   19:47 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perjalanan hitung manual hari-hari ini jelas sudah sampai tahap PPK. Artinya PPS pun berjalan relatif aman dan selamat tanpa ada kejadian yang berlebihan, sebagaimana peristiwa yang menimpa para petugas KPPS. Sangat terlambat responsnya, tidak menjawab yang faktual. Idenya lagi-lagi telat sebagaimana biasanya.

Mengapa demikian gagapnya Sandi menyikapi hasil dan isu yang berkembang akhir-akhir ini?

Telah pulih dari kekagetannya bahwa ia dan pasangannya terpuruk tidak seperti yang ia bayangkan sejak awal. Perilakunya yang cengengesan, termasuk ketiga berdebat tidak berlebihan jika ada penilaian bahwa ia memperlihatkan keadaan kepercayaan tinggi pasti memenangkan kompetisi. Meremehkan dengan pengulangan yang sama dengan ketika kampanye dan debat di DKI. Kemenangan yang tidak disangka itu akan terjadi dengan sendirinya. Padahal kondisi berbeda jauh.

Pengalaman di DKI yang ugal-ugalan dijawab dengan baik oleh pemilih nasional. Tingkat keaktifan pemilih yang lebih baik memberikan satu bukti dan indikasi ini. Pun hasil pembangunan  Jakarta yang malah mundur menambah orang untuk tidak mau memilihnya, padahal enak Sandi berpikir yang berbeda.

Melihat apa yang ia lakukan dengan perubahan tiba-tiba kuyu, lemas, dan kaget bukan alang kepalang, dan kemudian berbicara dua hal yang tidak menjawab permasalahan malah menjadikan ingatan bahwa ornag ini memang levelnya itu. Tampilan sesaat kemarin dalam kondisi yang tidak fit, tidak sepenuhnya sadar, dan lepas dalam kondisi yang apolitis.

Apa yang ditampilkan Sandi ini menjadi perhatian banyak pihak dan pemilih untuk 2024, di mana pribadi ini patut dijadikan perhatian, susah diyakini untuk menjadi pemimpin yang semestinya untuk level presiden. Tampilan inkonsisten jelas demi keterpilihan dan menggunakan segala cara demi kemenangan semata.

Padahal bangsa ini demikian terpuruk karena kebiasaan pemimpin yang suka populer dan pokoknya menang. Menyenangkan banyak pihak dengan merugikan negara tidak masalah. Apa iya  masih yakin untuk melabuhkan pilihan pada calon pemimpin yang demikian.

Pemimpin labil begitu, perlu dicermati, ketika pemilih masih berkarakter sama, baru sebulan saja sudah lupa, apalagi lima tahun ke depan. Simpati atas derita orang itu baik dan harus, namun tidak juga untuk kemudian menjatuhkan pilihan hanya karena belas kasihan. Pemimpin itu dipilih ya karena karakter dan prestasi, bukan karena kasihan.

Kepongahan dan jemawa bukan karakter leluhur bangsa ini. Jika memang kalah memang sudah seharusnya, jika menang, siap-siap menjadi nasionalisasi DKI. Rekonsiliasi menjadi susah ketika Sandi sudah pada wataknya yang ini, ketika Prabowo jelas sudah demikian kaku.
Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun