Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua "Anak Macan" Asuhan SBY

29 November 2018   05:00 Diperbarui: 29 November 2018   05:12 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemunduran Demokrat itu bukan karena prestasi partai politik lain, namun karena kinerja buruk mesin partai sendiri. Pemerintahan korupsi berderet, mulai ketua umum, bendahara, wakil sekjen, menteri, ketua komisi DPR, dan begitu banyak kasus yang membelit dan bahkan hingga kini masih juga menjadi hantu Demokrat, seperti Century, Hambalang, dan KTP-el.  Sedikit saja diusik, hancur sudah  upaya selama ini.

Kekurangan kursi kemarin itu imbas rekam jejak elit  Demokrat  yang bergelimang uang, dan belum bisa membersihkan itu dengan baik. Selain hanya menjual derita dengan permaina  politik korban yang tidak akan lagi mempan.

Prestasi pemerintahan 10 tahun yang terpatahkan dengan telak oleh kondisi pembangunan periode ini, susah dibantah, meskipun akan dengan gaya culun mereka berulang-ulang itu ide dan gagasan mereka, padahal lagi dan lagi omong kosong saja. Masih kedodoran menjawab hal ini.

Reputasi main dua kaki yang membuat orang enggan dan susah percaya lagi pada kondisi jelas dan gamblang seperti ini, bukan memperbaiki keadaan, malah makin merusak reputasi Demokrat. Susah mendapatkan kepercayaan, apalagi mesin partai lumpuh juga.

Elit partai hanya ABS, atau ASS, Asal SBY Senang, membuat keadaan juga tidak membaik. Mengaku kritik namun tidak berdasar itu jelas juga menampakan citra yang tidak menjual, di mana banyak partai makin membaik, Demokrat masih sama saja.

Demokrat, nama modern keren namun lebih bernuansa dinasti dan fokus pada kultus individu, makin membuat partai ini tidak akan meyakinkan pemilih. Tokoh sentral hanya pada trio Yudhoyono dan bagian meneyrang bak babti buta oleh Andi Arif dan Ferdinan yang bukan memperbaiki keadaan.

Lebih banyak kader mental penjilat dan cari aman, ala Suryo, Syarif Hasan, dan orang-orang bukan tipikal petarung hanya cari untung. Tetap susah menjual di era modern ini. Menampilkan partai  ketinggalan zaman.

Masuknya  lagi  Andi Mallarangeng, dalam kampanye ini juga berupa blunder, bagaimana sikap Demokrat terhadap korupsi.  Lagi-lagi yang terbaca adalah Demokrat pencitraan terhadap penyakit luar biasa bangsa ini, korupsi.

Demokrat  telah memilih, tergantung bagaimana pemilih menentukan nantinya. Susah banyak berharap  dengan adanya catatan demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun