Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Meradang, Kader Kena Larang, dan Parpol Sebelah Kena Serang

24 April 2018   15:20 Diperbarui: 24 April 2018   15:25 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/Sabrina Asril)

SBY meradang, kader kena larang, dan kini Parpol sebelah pun kena  serang, menarik apa yang dilakukan Pak Beye ini. Dulu, pas keliling Jawa dengan pamer dan melontarkan sentilan, langsung diam seribu bahasa saat dijawab dengan kunjungan singkat ke Hambalang. Ini keliling lagi dan tidak mendapatkan respon, anak buah dan kubu sebalah kena imbasnya.

Beberapa hari  lalu media dikagetkan adanya pesan via WA yang bocor. Ada empat hingga  lima pribadi yang terlibat, SBY selaku penegur dengan ajudan, asisten, atau apalah namanya, bisa dua hingga tiga, satu yang ditegur, dan dua yang diberikan tembusan. Artinya sangat terbatas. Mengapa bisa masuk ke grup WA wartawan. Tidak sengaja? Jelas sangat tidak mungkin. Apa artinya? Ada maksud, ingat Pak Beye bukan orang yang berbuat tanpa maksud.

Tidak mungkin kalau tanpa sengaja bocor, Pak Beye tidak meradang, lha melihat anak buahnya tidur pas pidato saja, ngamuk, ini pesan private jadi konsumsi wartawan, dan akhirnya publik kog diam saja, seolah tidak ada masalah. Padahal sangat serius sebenarnya jika  ini tanpa maksud lain. Roy hanya jadi alat semata.

Mengapa "dibiarkan" bocor?  Jelas saja ada maksud lebih. Memperlihatkan ke mana angin Demokrat hendak berembus. Ingat Pak Beye kan baperan dan gengsian, jadi gak mungkin dong bilang, Wi, mbok jangan lupakan daku, presiden dua periode lho, nitip anakku ya...." Nah ketika wakilnya yang maaf rada-rada lambat baca signal ini, ya ditegur dengan pesan yang "dibocorkan" itu. Pak Prabowo gak suka dengan model bocor ini, jelas arahnya ke mana.

Dengan model demikian, seolah gak sengaja, namun dasarnya jelas ini, Demokrat sebagai ahli main dua kaki maunya tidak kehilangan muka. Bukan menawarkan namun akan ditawar. Posisi hendak dibalik menjadi di atas. Namun apa daya, kursi 61 itu apalah.

Nurhayati, sebagai salah satu elit pun ikut-ikut, nyemprot Romi dan P3, entah kena semprot, big boss, atau emang mau ikut-ikutan si boss untuk mengurusi banyak hal. Hak Romi untuk jual popularitas dengan panggung partai setan dan bukan itu. Masuklah sendiri jika mau menjadi pendamai, bukan malah mencela Romi yang patut menjaga emosi.

Lho, lha kapasitasnya apa coba, ketum partai lain kog diatur-atur. Hal yang cukup aneh, mengapa hanya Romi, Amien tidak, pun elit parpol lain tidak. Jelas saja tidak berani, mau menghimbau kader partainya juga tidak berani. Mau melanggar duo Yudhoyono, mau dipecat apa.

Mengapa Demokrat kelihatan kacau balau demikian?

Berbagai survey belum bisa meyakinkan kalau AHY memiliki masa depan baik di dalam kancah politik. Hal ini jelas dipahami dengan baik oleh Pak Beye. Waktu kian mepet, belum ada pernyataan secara terbuka dari parpol lain untuk menggaet AHY, lha Demokrat sendiri saja gak jelas. Mengapa mau diam saja Demokrat? Biar dinilai potensial dan menjual, bukan menawarkan diri, namun didatangi.

Dengan suara 10,19% dan kursi 61 bisa menjadi sia-sia atau potensial, tergantung memainkan bandulnya. Dan ternyata hingga kini posisi masih serba tidak jelas. Ingat SBY dan Demokrat yang biasa main dua kaki mencari aman dan untung dari dua blok terkuat saat ini. jangan sampai membuat kedua kandidat terkuat merasa ditinggalkan dan memilih salah satu.

Piawai untuk model demikian, namun tentu konsekuensi jangka panjang sangat mahal. Model gamang dan mendua ini, dalam politik tentu sangat menakutkan bagi kubu yang masih belum aman. Nah model berpolitik SBY dan Demokrat ini sedang kena batunya. Keadaan yang tidak aman justru ada pada sisi Demokrat. Ikut gerbong yang menang, apapun posisinya, 2024 ada potensi kembali bertarung sebagai  level atas, bukan lagi menengah bawah seperti kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun