Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

Arus Balik Pramoedya Ananta Toer, Politik Agama dan Politisasi Agama

27 Februari 2018   05:20 Diperbarui: 30 April 2018   16:58 5186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Aljazeera.com/Charlie Hanley (AP)

Arus Balik  Pramoedya, politik agama dan politisasi agama, novel politik, sejarah, dan tentunya fiksi yang sangat kaya akan inspirasi, juga kekayaan sejarah yang bisa dibaca dengan sangat menarik. Apa yang  menjadi imajinasi pun ada bagian sejarahnya tentunya, kini banyak dipakai oleh politikus dan beberapa elit, dengan menggunakan sentimen agama. Salah satu tokoh yang cukup panjang menjadi bagian cerita adalah Sunan Rajeg.

Sunan Rajeg ini adalah awalnya syahbandar yang disingkirkan oleh syahbandar yang telah menjual Malaka pada Portugis. Perasaan terbuang dan tersisihkan yang membuat orang keturunan Benggala ini mendirikan kekuatan dari pedalaman Tuban.

Dengan modal lima desa di pedalaman ia termotivasi untuk menjadi kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kerjasama dengan syahbandar yang menggusurnya sehingga ia mendapatkan meriam yang paling ditakuti oleh kerajaan di Nusantara.

Namun meriam itu pula yang membuat ia menjadi lupa daratan dan abai akan persiapan dan perencanaan matang, dan ia habis terlebih dulu karena mentahnya prajurit yang salah ia maknai karena pelit, dendam, dan motivasi lemah yang membuatnya menjadi besar.

Penggunaan agama sebagai cara untuk membangun kekuatan. Ajaran sebagai modal bukan landasan perjuangan. Ia membenarkan banyak hal dengan kata suci dan dibalik kehendak Allah dan bahkan itu membunuh. Ia merasa benar berkomplot dengan syahbandar baru demi mendapatkan meriam. Operator meriam menjadi bagian sah dari dirinya karena mau memeluk agamanya yang sama. Menculik pun menjadi bagian kehendak Tuhan, padahal yang jelas adalah kehendaknya sendiri yang dilabeli dengan kehendak Tuhan. Jelas ajaran menjadi modal bagi perjuangan. Hal yang sama dipakai oleh beberapa orang pada hari-hari ini untuk membangun jaringan dan menjual calon yang sebenarnya lemah sekalipun.

Merasa diri paling benar. Hal ini nampak dalam banyak kisah, paling jelas ketika memaksa meriam ditembakkan, padahal jarak antara musuh dan meriam masih terlalu jauh. Korban ada pihak sendiri karena memang dalam radius jangkauan. Tidak tahu namun sok tahu dan merasa benar. Panglimanya sendiri menjadi kalang kabut, dalam hal ini ia merasa sebagai atasan panglima. Lihat hari-hari ini banyak banget orang merasa tahu, dan kadang bukan bidangnya, bahkan merasa lebih tahu dogma agama lain. kacau yang terjadi iya.

Merasa paling saleh, paling tahu agama, dan menuding pihak lain sebagai bukan apa-apanya. Sultan Rajeg menuding Demak sebagai bukan Islam, karena kebijakannya, karena asal-usulnya, dan banyak hal. Ia merasa diri lebih beragama dan layak mendapatkan sebutan kerajaan Islam pertama, bukan Demak.

Hal yang sama pun terjadi, bukan. Merasa diri lebih baik dalam agama dan menuding pihak lain sebagai di bawahnya. Padahal belum juga melakukan apa-apa dalam bidang keagamaan ataupun pemerintahan, namun merasa paling hebat, paling benar, dan paling suci.

Pelaku namun menuduh pihak lain sebagai pelaku, mengukur pakaiannya pada orang lain. Ia yang berasal dari keturunan Benggala itu menuduh petinggi kerajaan Demak sebagai orang asing, yang tidak tahu Jawa dan sebagainya.

Hal yang sama terjadi di hari-hari ini, bagaimana mereka yang merusak dan melakukan kekerasan namun teriak paling lantang sebagai orang  yang menjaga ketenteraman, tidak usah menyebut nama dan kelompok, toh, banyak yang paham siapa mereka.

Menggunakan segala cara, yang penting dirinya di posisi mengguntungkan, dengan mengorbankan pihak lain.  terakhir ia menyulik anak-anak dan ibu yang baru saja melahirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun