Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Gereja-pun Banyak Setan, Padahal Diri Sendiri Iblisnya

17 Januari 2018   19:17 Diperbarui: 17 Januari 2018   19:19 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Gerejapun Banyak Setan, padahal Diri Sendiri Setannya

Di gerejapun banyak setan, padahal diri sendiri setannya, misa minggu kemarin, namanya manusia yang lemah namun sok megah. Ya itu belum mulai saja malah sudah dihinggapi iblis. Sepanjang misa hanya setan yang menghuni hati, payah betul kalau begini ini.

Mulai pengantar dikatakan yang akan memimpin adalah Rama X, wah, jelas ini ngantuk, sudah sangat tua, kalau kotbah dari A sampai Z banyak kata penghubung tanpa isi. Balik lagi nih label dan penghakiman datang. Semua jadi ya sudahlah....

Lagu pembuka, wah jangan-jangan model Rama Magnis jengkel juga terjadi nih, melihat nama kelompoknya aneh-aneh, anggota dikit lagi, duduk saling menjaga jarak. Kompor lagi nih, pasti heboh paduan suaranya. Lha rak tenan, organ menyuarakan gemuruh keras. Sepanjang misa begitu. Imam sampai menunggu beberapa kali untuk melanjutkan liturgi karena pilihan lagunya. Semua konser mereka dan umat jadi penonton. Iblis sukses kan buat menilai dan menghakimi.

Nah makin panjang nih penghakiman, saatnya kotbah, lha kan bener, kotbahnya gak jelas isinya, hanya kata hunung terus padahal tidak ada kalimat yang mendahului. Haduh seminggu cari bekal Kitab Suci dikit saja gak ada yang diperoleh. Ngedumel yang khas setan pun tidak kurang alang kepalang, apalagi panjang lagi.

Masih deret antrian setan mau datang, kali ini persembahan atau kolekte. Petugasnya entah napa, persembahan pertama diedarkan ke kiri, ini per baris kemudian di ujung kiri disatukan. Kembali ke sisi kanan sebagai persembahan. Ibu ini memaksa ujung kiri sudah membalikan ke kanan, padahal belum disatukan di kiri. Umat di kiri nampknya orang baru, dioper begitu saja ke kanan. Sudah saya beri tahu ibu itu tetap saja ngeyeluntuk dikembalikan. Entah sadar atau napa, ia mau mengembalikan ke kiri lagi. Saya balas, gak usah. Sukses besar kan setan.

Nah ini, komuni itu saat teduh, hening, dan sakral, kog ada nyanyi, ternyata orang yang sedang arak-arakan maju ikut menyanyikan lagu koor. Kalau bisa nyanyi seperti itu, artinya dia anggota koor, mosok gak tahu sih, maju menerima komuni itu hening. Eh belakangnya, anak mahasiswa, malah becanda dengan teman depannya. Ki piye to Le?

Lihat, betapa mudahnya setan menyelinap dan menggoda kita. Caranya sangat halus, tidak vulgar dan kasar lagi. Karena kita membuka kesempatan kepadanya untuk masuk dan menggoda. Sekian detik saja kita terlena dengan membuka kesempatan. Penyelinapan luar biasa besar akan berbondong-bondong masuk.

Keberadaan sesama yang sedang sama-sama beribadah, baik sikapnya, bajunya, atau apapun bisa menjadi setan-setan kecil kalau kita sudah membuka keran setan dalam diri kita. Apa benar tulisan pemain bola, yang tidak kita sukai atau sukai, atau pakaian perempuan yang membuat kita tidak khusyuk beribadat? Ah kitanya saja yang lebay. Kesempatan untuk mengundang setan makin lama makin besar karena kita yang mempersiapkannya. Semua itu tidak penting ketika kita membangun relasi dengan Tuhan semata. Semua sejatinya tidak akan nampak, sudah habis penampakan itu oleh kemuliaan Tuhan.

Sejatinya setannya, iblisnya, dan konflik yang ada itu karena kita sendiri, kitalah setan itu yang mengajak setan dan roh jahat berpesta. Perasaan sok tahu, sombong, merasa lebih, dan menuntut, itulah perilaku si jahat. Dan ketika kita mengikuti dengan suka rela, ya jelas Tuhan malah teringkirkan oleh kuasa jahat itu. Mereka menang karena kita fasilitasi. Kita kalah karena malah ikut jalan mereka.

Kendali itu ada di dalam diri kita, kerendahan hati akan mengusir kesombongan dan merasa lebih daripada yang lain. Setan suka  menunggangi keadaan itu untuk kepentingan mereka. Mereka yang mendapatkan kondisi yang enak tentu saja bersuka cita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun