Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beda Ahmad Dhani dan "Jenderal" Wawan Soal Kriminalisasi dan Sikap Bertanggung Jawab

1 Desember 2017   07:07 Diperbarui: 2 Desember 2017   21:26 2878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beda Ahmad Dhani dan Jenderal Wawan soal kriminalisasi dan sikap bertanggung jawab, mereka berdua berjuang dengan jalur masing-masing, dan menerima perlakuan hukum dan dukungan yang bertolak belakang. "Jenderal" Wawan yang jujur, mengaku dengan lugas bahwa ia akan melakukan ibadah berbeda, pengikut tidak seberapa, dan memang mengaku sebagai jenderal dengan terus terang, dipidana 10 tahun.  

Bagaimana perilaku yang "sok" agamis dan membela agama lain, seperti Dhani, Rizieq, Munawarwan, Buni Yani dan lain-lain, yang menyatakan kriminalisasi, politis, atau memusuhi agama tertentu. Beda dan bahkan bertolakbelakang dengan apa yang dihadapi oleh "Jenderal"   Wawan.

Ksatria salah satu ciri orang beriman mendalam. Tidak lari dari masalah, tidak menciptakan masalah, dan tidak akan mencari kambing hitam. Sikap bertanggung jawab atas perbuatan kog jauh dari yang katanya membela agama. Tentu tidak ada agama yang memerintahkan pengikutnya untuk mencaci maki, menghujat, dan merasa diri paling benar dan pihak lain yang tidak sejalan sebagai musuh.  

Sikap bertanggung jawab atas perbuatan. Bagaimana  "Jenderal" Wawan jujur dengan perilakunya, mengirim surat untuk kepada aparat desa untuk "berlaku" berbeda dalam kegiatan keagamaannya. Tentu bukan membela perilaku beragamanya atau ritualnya, namun sikap berani bertanggung jawab dan taat aturan itu yang patut ditiru, Rizieq yang malah melarikan diri hingga tidak pulang, dan berdalih melakukan ibadah. Apakah tidak menodai ibadah itu sendiri, ibadah tentu motivasinya baik, bukan karena melarikan diri dari masalah. Ibadah usai dan balik ikuti proses hukum itu ibadah iya, taat hukum iya. 

Ketika tidak mau pulang, artinya jelas. Atau Buni Yani yang hingga dipidana pun masih tidak merasa bersalah, selalu marah dan nada tinggi di pengadilan dan wawancara, bisa diartikan tidak bertanggung jawab. Beberapa, termasuk Dhani dan Munarwan selalu mengelak sebagai kriminalisasi, politis, negara otoriter, menyudutkan perjuangan tokoh agama. Mana yang tokoh agama, toh belum pernah terdengar ktivitas keagamaannya, buah pikirnya soal agama, atau memberikan ceramah agama yang berdaya guna. Mana ada sih kegiatan agama kog isinya kecaman, hujatan, caci maki, perintah kekerasan?

"Jenderal" Wawan, persidangannya pun sepi dari pemberitaan. Tidak ada perhatian dari khalayak ramai. Artinya bahwa Negara Islam Indonesia sebenarnya tidak ada  lagi perhatian yang lebih, menghebohkan, dan secara politis sangat lemah. Pembacanya pun tidak banyak. Pengikutnya juga hanya beberapa, artinya, gaung dari apa yang ia klaim sebagai "jenderal" itu tidak ada. 

Geloranya ya hanya sekitar rumah, bandingkan dengan apa yang dilakukan Dhani sebagai public figure, artis yang main politik nanggung, meskipun banyak yang tidak respek, toh jauh lebih banyak yang dengar daripada "jenderal Wawan tentunya.  Pengaruhnya jauh lebih besar dan banyak apa yang dilakukan Dhani, apa bisa dikatakan hukuman Dhani harusnya lebih dari 10 tahun?

Dhani juga pernah ditahan dan kalau tidak salah ingat masih menyandang tersangka perbuatan perencanaan makar, kalau tidak salah lho. Sudah ada indikasi aksi, pertemuan, dan rapat, tentu berbeda dengan "jenderal" Wawan yang menurut hemat saya tidak punya koneksi, link, dan jaringan lebih baik daripada Dhani. Meskipun tidak ada tindak lanjut selama setahun ini, toh pernah ada pemeriksaan, penangkapan, dan adanya sangkaan. Walaupun masih dugaan, toh identik dengan apa yang dilakukan "Jenderal" Wawan. Mana coba kriminalisasi?

Kriminalisasi, politis, atau menyudutkan tokoh agama, sepanjang sejalan dengan kelompok yang itu-itu saja, kog tidak ada pembelaan untuk "jenderal" Wawan? Di mana coba konsistensi yang diklaim sebagai pembela agama, atau yang disematkan pada "jenderal" Wawan itu berbeda? Jelas saja berbeda karena sepi, tidak ada uang melimpah, dan jelas akan dengan mudah diciduk aparat  yang berwajib.

Sikap penegak hukum yang mendua, jelas terlihat di sini. Perbedaan perlakuan pada para pelaku yang berbeda. Apa yang dilakukan Dhani dkk jauh lebih berbahaya karena mereka tidak terus terang, memanfaatkan agama semata, dan memiliki penggemar dan pendengar yang sangat banyak. Pengaruh tidak langsung dengan pemanfaat media sosial dan kekuatan finansial dan jaringannya lebih berbahaya daripada yang dilakukan "Jenderal" Wawan tentu saja. Aksi sudah ada, diperiksa akan berdalih macam-macam, malah menuduh tanpa bukti, melibatkan agama untuk selamat sendiri.

Masyarakat perlu tahu perilaku Dhani dan kawan-kawan yang menggunakan agama sebagai tameng itu sama sekali bukan pembela agama. Jika memang membela agama tentu juga mendampingi "jenderal" Wawan, menyematkan kriminalisasi, politis, dan negara menyudutkan agama. Kog tidak, atau agama hanya barisan Dhani dan kawan-kawan saja? Lha kapan ada Islam versi Dhani dan kawan-kawan dan versi lain? Dari sini jelas bukan apa motivasinya? Jelas agama dipakai topeng, kedok, legitimasi, dan alat mendapatkan simpati bagi kepentingan sendiri dan kelompoknya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun