"Pertikaian"
Ada pula pertikaian yang sangat ramai, ini kadang juga buat kangen, meskipun tidak sebesar lainnya, namun ada saja yang biasanya mancing-mancing keributan model demikian. bagi mereka yang suka hal ini, tentu kangen jika tidak ada.
Saling menanggapi Artikel Serius
Hal ini juga sudah tidak lagi nampak, seolah, ke Kompasiana ya nulis, kalau sempat balas, kalau tidak sudah. Memang sah-sah saja demikian, apalagi semangat dasarnya juga memang berbeda, ini berpengaruh pada interaksi juga. Berbalas artikel demikian bisa menjadi penyeimbang jika ada artikel yang tidak disetujui, daripada merusak lapak dan pemandangan kan lebih elok menulis, asal bukan hanya asal kebalikannya, ada fakta dan data yang menunjang untuk itu. Coba daripada ribut dan memenuhi kolom komentar, coba tuangkan ide dalam bentuk artikel.
Berbalas artikel,
Ini yang paling ngangeni di Kompasiana, apalagi jika itu hanya guyon, bukan balas artikel yang bernada permusuhan dan menelanjangi kekurangan dan yang dinilai sebagai kekurangan Kompasianer lain. lama banget rasanya tidak lahir artikel berbalas ini. Kadang menarik juga sih perkelahian dan pertikaian dua sejoli yang beberapa kekal di Kompasiana ini, sebagai bumbu sih masih baik, cuma lebih baik jika itu hanya becanda. Ssaya ingat betul dengan artikel yang dibuat oleh Kompasianer Felix Tani, Om Botuna, Om Ken Absah mengenai saya, juga Pak Johanis Malingkas, Mas Budiman Gandewa, atau artikel serius Mas ubhkan Riyadi, di sana ramai saling jawab komentar, baik atau buruk tidak ada yang sakit hati. Berbalas artikel dengan Kompasianer Felix Tani beberapa kali. Atau berbalas komentar dengan Mbah AAA, Mas Jati sehingga Kompasiana menjadi ramai dan marak. Soal isi kadang tidak ;agi jadi perhatian.
Tentu artikel ini bukan untuk memaksakan kehendak atau merasa paling hebat di sini, namun ada yang menjadi ter, paling, dan menggugah untuk ke Kompasiana, kalau saya paling buat rindu itu artkel ber balas artikel candaan. Kompasianer tentu punya kesibukan masing-masing, alasan masing-masing untuk mengapa tidak lagi datang, tidak lagi berinteraksi, atau hanya membaca tanpa lagi menulis. Itu hak dan kepentingan masing-masing, tidak ada alasan untuk menuntut atau memaksa untuk aktif, becanda, atau bersama-sama terus.
Hak saya pula untuk kangen Kompasiana yang ramai akan celoteh tidak karuan di lapak, di kolom komentar yang bisa lebih banyak daripada hits, karena tanpa ditutup terus berbincang. Hal-hal yang mulai terkikis dari Kompasiana. Akankah nanti jadi media seperti koran yang ditulis ditinggal begitu saja?
Salam.