Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wacana Petrus oleh Kepala BNN

30 November 2015   11:09 Diperbarui: 30 November 2015   11:46 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun ’80-an, Pak Domo kalau tidak salah sebagai penanggung jawab keamanan waktu itu mengadakan tindakan petrus. Sebuah hukum yang sangat luar biasa dengan penembakan misterius. Tanpa peradilan, langsung orang yang ada dalam radar pembuat kejahatan akan ditembak dan mayatnya dibuang disembarang tempat. Ciri yang menjadi target waktu itu adalah orang bertato, kala itu, tato identik dengan penjahat, bukan sebuah karya seni seperti saat ini. Tindakan yang bertujuan untuk mencegah adanya mafia, kata Pak Domo, seperti di Italia atau Yakuza seperti di Jepang.

Angka kriminal memang menurun tajam, namun keresahan sangat terasa. Kampung-kampung mencekam dan penjahat kelas teri banyak yang lari ke kampung-kampung demi sesuap nasi, atau mencuri ketela di ladang. Desa-desa dijaga agar tidak dibuangi jenazah oleh “aparat penegak hukum.” Orang yang memiliki tato bergegas menyelamatkan diri dengan menghilangkan tato, dan terkadang irasional, memang saat itu masih belum ada teknologi untuk itu, selain menyetrika kulit sendiri.

Orang keluar malam sama sekali tidak berani. Jalan-jalan utama desa diportal, bahkan waktu itu motor yang belum banyak pun tidak masuk. Hukuman yang menciptakan efek menakutkan dan membuat jerih memang efektif dan bisa dilakukan beberapa lamanya. Klaim dari Pak Domo yang menyatakan kriminal mereda bisa dipahami.

Era ini,  Komjend Budi W kembali mewacanakan hal ini. Setelah ide lapas buaya dan piranha belum ada kejelasan, kegeraman melihat bandar narkoba bagi sebagian besar bangsa ini, bisa dipahami. Seluruh ide untuk membuat efek jera perlu diapresiasi. Juga sebenarnya termasuk menjerakan koruptor.

Beberapa hal yang perlu catatan untuk petrus bagi bandar narkoba. Selama ini yang sering tertangkap sekelas pedagang kecil, pengguna, dan tidak sedikit hanyalah korban kemiskinan dan penipuan. Implikasi lebih jauh ialah bagaimana kalau mereka ini telah mati dan justru memutus mata rantai hingga pada taraf pedagang besar yang tentunya berlindung dengan gelimang uang dan “kuasa.”

Jika yang ditembak  itu hanyalah korban, pedagang kecil. Bandar dan kelas agen ke atas itu tidak tersentuh tentu sama juga tindakan yang sia-sia karena banyak pula yang akan menggantikan. Ingat uang yang beredar besar, banyak orang yang masih mau beradu dengan keadaan. Ketembak mati, kalau tidak uang banyak. Memang bisa membuat harga menjadi mahal karena operasi distribusi tentu lebih mahal, namun banyaknya kalangan mapan yang memakai tentu tidak menjadi soal. Pasaran menjadi elit dan itu bisa menjadi alternatif.

Zaman berbeda. Waktu tahun 80-an itu, orang baik dan profesional masih banyak. Saat ini, orang membunuh tanpa alasan, alasan sepele, dan memfitnah itu hal biasa. Hati-hati dengan fenomena ini, bagaimana nanti bisa saja petugas yang tidak bertanggung jawab ini akan menjadi “pembunuh bayaran”, yang ah secara hukum, karena memang boleh namun ia selewengkan dengan dalih bandar narkoba.

Klasifikasi bandar dan pemain kecil perlu juga adanya ketegasan bersama. Bukan di pengadilan A itu bandar dan pengadilan B hanya pedagang. Demikian pun hakim. Hakim satu pengetuk sebagai bandar dengan hukuman mati dan hakim Dua menyatakan hanya sebagai pemilik dan pemakai sendiri. Hal ini jauh lebih bermanfaat dan berguna sebagai bangsa.

Para pemakai adalah kalangan elit, artis, pejabat, dan bahkan penegak hukum. Hukum dua kali lipat atau lebih bagi mereka. Pertama mereka publik figure yang akan diberitakan dan memiliki penggemar dan kadang fans ini tidak rasional. Kedua, kalau pejabat atau penegak hukum mereka telah merugikan negara dengan menggaji mereka untuk bekerja eh malah merongrong negara dengan menggunakan narkoba apalagi memperjualbelikannya.

Ciptakan narkoba sebagai musuh bersama. Bagaimana mereka selama ini bisa leluasa karena bangga dengan harganya yang mahal, bisa bergaya hidup mewah, dan main narkoba sebagai gaya hidup karena mahalnya harganya dan banyak yang menggunakan uang korupsi untuk itu. Pengormatan akan materi dan kepemilikan bukan atas kepribadian yang pantas dan baik.

Narkoba memang telah menjadi momok yang perlu jalan keluar yang luar biasa pula. Semua jalan layak dicoba dan diterapkan. Evaluasi dan rencana selalu dimatangkan dan diterapkan agar ada hasil yang memuaskan. Penegakan hukum dan seluruh rencana efek jera dimunculkan untuk membuat mereka jera. Menghapuskan sama sekali tentu tidak bisa, namun meminimalkan tentu mungkin. Petrus layak diwacanakan dan direncanakan dengan baik, namun perlu waspada dan hati-hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun