Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anang dan Budi W, Siapa Lebih Peduli Pemberantasan Korupsi

17 September 2015   10:42 Diperbarui: 17 September 2015   10:47 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tukar guling jabatan di bareskrim dan BNN menarik perhatian sekian lama. Lebih perlu mendapat perhatian adalah hasilnya ke depan, jangan sampai ada wacana pansus soal pergantian pejabat selevel eselon I dan II oleh dewan, namun tidak ada kontribusinya bagi negara.

Awal:

Pendekatan yang bertolak belakang antara dua komjend ini. Pak Budi W langsung bereaksi cepat, keras, dan luga untuk menangkap Bambang W, di jalan, pakai sarung lagi, tidak ada yang lebih dramatis lainnya dalam penegakan hukum. Tidak heran kegegeran lebih besar hingga menyeret pemerintahan karena dianggap pro koruptor. Padahal sama sekali tidak berkaitan langsung, petiggi KPK ditangkap polisi sama dengan mendukung korupsi. Belum reda ada status baru buat pimpinan kPK lain. Soal laporan harta kekayaan membuat posisi Pak Budi W, tidak mendapatkan respons baik dari masyarakat. belum lagi konon kekayaannya termasuk wah, sehingga tudingan gendut lebih kuat, curiga tidak bersih ketika bebersih menjadi ganjalan tersendiri.

Pak Anang, yang kalem dalam penampilan memberikan angin sejuk ketika pergantian ada di masa geger.  Langsung datang ke KPK bukan menangkap namun silaturahmi. Sejuk kan, di tengah kemarau minum es buah tentu adem dan tenang. Laporan harta kekayaan banyak hutang. Eh maih ada pejabat yang berhutang, banyak teman, reaksi dari masyarakat lebih bisa menerima, karena sama-sama punya hutang. Sikap yang tidak meninggalkan rakyatnya, merasakan yang sama meskipun hutangnya juga gendut lho, membuat suasana lebih tenang dan tidak ada resistensi.

Aksi:

Pak Budi W, banyak mendapatkan predikat Buwas, identik dengan buas, langsung sergap, urusan belakangan. Hal ini banyak resistensi, apalagi pelaku yang selama ini nyaman di kursi empun, ruang ber-AC, dan kipas-kipas uang. Mana pernah ada mafia daging diuber, mafia garam diungkap, dan kekacauan di anggaran daerah pun tidak ketinggalan. Pak Anang, di BNN memang lebih cenderung diam menghanyutkan. Sulit untuk ribut-ribut untuk  menelisik keberadaan mereka. Hasilnya juga lumayan, paling tidak banyak yang hasil-hasil bandar besar yang terungkap.

Aksi di medan baru belum ada. Pak Anang yang perlu melanjutkan banyak PR yang sudah diobok-obok Pak Budi W ternyata perlu waktu banyak. Soal BNN memang begitu adanya tiap hari tangkapi namun juga belum berkurang.

Hasil

Pak Budi W di bareskrim telah berhasil menguak banyak kasus, namun belum ada tindak lanjut. Itu perlu dikawal agar tidak terlupa karena pergantian pimpinan. Pimpinan hanya bagian dari sistem yang seharusnya tidak mempengaruhi kinerja lembaga. Masalah di BNN tinggal ambil, semua sudah tersedia kog, dan tidak sulit sebenarnya menangkap mereka tinggal kemauan dan keberanian. Ungkapan demi ungkapan di bareskrim layak dilanjutkan di BNN, paling tidak secara tidak langsung sudah ada pengungkapan gaya baru pembuatan dan peredaran narkoba di Klaten. Memang bukan kinerja langsung dari Pak Budi W, namun efek besarnya ada.

Pak Ananng memang memiliki cara yang berbeda dan tentu perlu waktu untuk konsolidasi dan koordinasi. Gerak cepat dan lugasnya perlu ditunggu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun