Mohon tunggu...
Patta Hindi
Patta Hindi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Sulawesi Selatan, tapi tumbuh kembang di Kendari Sulawesi Tenggara I Mengajar di Universitas Swasta I fans klub Inter Milan I blog http://lumbungpadi.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Punakawan

2 Desember 2011   18:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:54 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

WAYANG selalu mengarah pada epos Mahabrata dan Ramayana. yang yadir kemudian adalah kisah heroik PANDAWA atau cerita cinta RAMA-SHINTA.

namun ada pengecualian yang hadir; PUNAKAWAN-teryata menjadi sumber ilham. tokoh dalam lakon wayang ini hampir luput dari narasi besar dan terkadang peran dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong-bahwa ia tak sekedar melengkapi cerita jagat wayang namun menjadi pelipur lara dengan tawa dan sentilan.

saya tidak tahu pasti kapan menyukai wayang, yang saya tahu sejak SD telah disuguhi tontonan seperti itu baik dalam bentuk wayang orang maupun wayang kulit, (saya masih ingat permainan yang jadi kegemaran; wayang bermerek gunung kelud). sejak itu saya tertinggal jauh dan tak lagi mengingatnya dan semua cerita yang melekat. Bukan tak mungkin, lakon dan bahasa yang jawasentris membuat itu berjarak (kendala bahasa).

itu dulu, saya baru mengetahui epos ini ketika menyaksikan secara live wayang di alun-alun. sosok dan cerita akhirnya saya tangkap walau tak mendalam. saya memang lebih suka membaca wayang yang selalu menampilkan ksatria pandawa lima, setting perang BharataYudha. atau cerita cinta Rama-Shinta. tak pernah berfikir menyukai Punakawan.

pertujukan wayang live di Jogja menjelang dinihari di alun-alun itu akhirnya memberi saya sebuah pelajaran berharga tentang wayang, terlebih sosok Punawakan. Punakawan tidak saja melengkapi namun ia harus ada. jika saja punawakan tak ada, cerita yang tersaji hanya ada kisah heroik dari Pandawa dalam perang Barathayuda. punawakan yang tukang cerita itu sangat berasa dengan sentilan dan petuah-petuah bijaknya.

saya mendapat jawaban dimalam itu dan tak lupa menambahkannya dalam buku-buku.wayang adalah bagian kehidupan Jawa, pemahaman bodoh saya bahwa kisah wayang lebih dekat dengan kehidupan orang Jogja atau orang Solo. wayang adalah sumber ilham bagi kehidupan orang Jogja, Frans Magnis Suseno bahkan menulis "wayang dan Keseharian kita"  juga "Etika Jawa" yang mengambil saripati kearifan wayang. tak ayal Ben Anderson, indonesianis menulis "Kuasa kata" saya rasa banyak mendapat ilham dari cerita pewayangan.

ini bukan omongkosong belaka, ketika pikiran tertuju epos mahabrata dan ramayana,maka itu adalah epos besar Hindu yang dihadirkan dalam wayang yang bertahan lama dari lapuknya waktu. wayang pun mengalami keselarasan dalam kehidupan alam jawa.

dimana Punawakan?. ia ada dan menjadi penghibur lara bagi yang duka. ia Sang Penghibur dengan sentilan dan candaan yang membuat tawa selalu renyah. bahkan membuat dada sesak menahan tawa.

Ya, dalam tawa sesungguhnya tersimpan pelbagai rahasia hidup manusia. ketika manusia tertawa, itulah saat dimana "surga sedang menyentuh hatinya". kita perlu tertawa supaya kita bisa menjadi bijaksana. --Sindhunata


ia tak bisa hilang dalam lakon, parasnya lucu. saya hampir menyamakannya dengan badut, dengan tampilan wajah pucat pasih, bergincu yang merahnya melewati bibir. Dari tampilan saja sudah membuat orang tertawa.

siapa nyana jika mereka adalah sumber ilham? saya tidak tahu, namun yang mengenal epos dan punawakan bisa memberi jawaban. saya biasanya mencari jawab dalam tulisan Sindhunata. saya menyukainya sepenuh hati. tulisan Sindhu ini memang slalu dekat dengan dunia wayang, atau lakon wong cilik atau Goenawan Mohamad juga cerita-cerita lepas orang Jogja di angkringan.

punawakan mengajak orang tertawa: tertawa dalam duka, tertawa atas ketololan hidup juga tertawa dalam keterbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun