Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Artikel Sri Patmi: 5 Alasan Karyawan Resign

8 November 2021   22:21 Diperbarui: 8 November 2021   22:27 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Machiavelli di tempat kerja akan berusaha menghalalkan segala cara, apalagi jika kedudukan orang baru dapat mengambil perhatian bos besar dan mengancam kelangsungan hidup mereka di tempat kerja. 

Si Machiavelli akan bertindak atas nama pribadi dan kelompok dengan dalih Argumen ad hominem yang berarti saat seseorang menyerang karakter seorang penyaji argumen alih-alih klaim yang dibuatnya. 

Sedikit saja celah terbuka, ia akan menghasut dan menjadikan celah ini sebagai senjata untuk melancarkan aksinya. Keadaan seperti ini akan menciptakan kondisi insecure dan budaya kerja yang tidak sehat.

3. Gegar Budaya (Cultural Shock)

Berpindah dari satu tempat ke tempat lain tentunya membawa perubahan yang signifikan. Positif dan negatif diri dan perusahaan butuh waktu untuk saling menerima dan saling menghargai. 

Namun, hal ini tidak semudah yang dibayangkan, secara personal manusia membawa kebudayaannya masing-masing. Biasanya tidak menemui lingkungan seperti ini, ternyata ditempat kerja ia tidak mendapatkan harapannya.

4. Tidak Berkembang Dan Minim Jenjang Karir

Motivasi karyawan bekerja seiring berjalannya waktu akan ada fase penurunan. Terlebih dengan banyaknya gesekan tetapi minim pengembangan karir. 

Setiap hari, setiap waktu hanya mengerjakan pekerjaan monoton. Atau multitasking tapi tidak seimbang dengan penghasilan yang diterima. Pengajuan untuk membina potensi diri sulit dan birokrasi berbelit.

5. Toxic Workplace

Bekerja bukan lagi berkarya apalagi menghasilkan sesuatu yang berharga jika lingkungannya toksik. Apapun yang diperbuat, seakan sia-sia. Minimal mahakarya yang dihasilkan hanya berguna untuk diri sendiri. Karena lingkungan yang toksik apalagi sudah menjadi budaya yang mendarah daging akan berusaha memunculkan mental illness dengan dalih penguatan mental. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun