Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Anak yang Suka Mengamuk Saat Diajak Belanja

15 September 2011   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_131481" align="alignleft" width="159" caption="http://www.seputarduniaanak. blogspot.com"][/caption] Apakah Anda kesulitan mengatasi perilaku Anak yang sering memaksakan kehendaknya? dan bila Anda tidak menuruti keinginannya maka dia akan menangis, meronta, bahkan sampai guling-guling di lantai?

Atau mungkin Anda pernah menyaksikan orang tua yang terpaksa berang menghadapi buah hati yang tidak bisa dikendalikan, bahkan perlakuan kasar terhadap anak pun terjadi saat berada di tempat-tempat umum.

Sewaktu anak pertama saya berumur 2 tahunan, dia sudah memiliki target barang yang dia perlukan saat diajak belanja. Tapi lama kelamaan mulai muncul karakter sedikit memaksa (dasar anak hebat lihat videonya di sini ) sekalipun sejak dari rumah sudah ada perjanjian apa yang boleh di beli bahkan di masukkan dalam catatan belanja.

Kejadian di atas seolah terpupuk dengan rutinitas dan lama kelamaan mulai muncul jurus mautnya dengan cara menangis bila keinginannya tidak terpenuhi, sampai terakhir kejadian yang saya masih ingat, dia ngotot dan sudah tidak mempan dengan perjanjian sebelumnya, dia meraung-raung dan kami cuekin bahkan kami pura-pura meninggalnya di deretean etalase. Kejadian ini mengundang perhatian banyak orang, bahkan ada ibu-ibu yang komentar "Anaknya kok dibiarin menangis, apa nggak sayang?" saya cuma balas dengan senyum, nanti juga diam kok Bu...

Waduh mulai repot nih... [caption id="attachment_131482" align="alignleft" width="166" caption="sumber : google"][/caption] Sampai suatu ketika, saat habis terima gaji, saya mengeluarkan amplop dari tas dan dihadapannya saya buka kemudian saya berikan ke Ibunya.

Ma... ini gaji saya bulan ini, 300 buat belanja kebutuhan dapur, 100 listrik, 50 air, 200 buat bayar kontrakan rumah bulan ini, 150 buat tabungan pendidikan si hebat, 150 buat persembahan, 100 buat beras, 70 buat gas .....

Nah sisanya 50 buat jajan dan piknik... (rincian gak pas dah lupa)

Nah Isa..., sekarang kalau kita mau jajan tiap hari juga boleh atau kita habiskan uang ini untuk beli mainan juga boleh, tetapi itu berarti kita tidak perlu beli beras, atau tidak perlu bayar kontrakan, atau kita tidak perlu nabung...

Sekarang semua uang ada di tangan mamanya...

Uang kebutuhan saya pribadi diserahkan ke saya kembali, 50 ribu diserahkan ke Isa.

Bagaimana kalau sekarang kita pergi belanja dan habiskan uang ini semua? ... lama tidak ada jawaban ... dan tiba-tiba dia bicara... ma bagianku dipegang sama mama saja, nanti kalau saya butuh baru saya minta lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun