Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Allah Mengajarkan Kita untuk Nglunjak

10 Desember 2018   13:45 Diperbarui: 10 Desember 2018   23:53 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sebagai manusia adalah tempat salah dan lupa itu sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Allah lah Yang Maha Benar atas segala tindakan-Nya. Sehingga, jika ada yang menurut kita tidak sesuai yang perlu dirubah diri kita. Pola pikir, sudut pandang, atau tindakan kita yang harus disesuaikan dengan kehendak Allah.

Konsekuensi dari kesalahan yang telah kita ukir berakibat munculnya persoalan. Persoalan dapat berwujud munculnya masalah penyakit, himpitan ekonomi, utang piutang, masalah anak atau orang tua. Persoalan tersebut tentunya harus kita selesaikan agar dosa akibat kesalahan tidak memperberat perjalanan di akhirat.

Hemat saya ketika tahu berbuat salah, kita tidak perlu mengatakan "saya siap menerima hukuman-Mu" dengan  membusungkan dada layaknya kesatria. Apalagi ditambah dengan menyodorkan tangan untuk dipukul atau menyodorkan kuping untuk dijewer. Merengek layaknya anak kecil yang melakukan drama agar terhindar dari hukuman pun tidak masalah. Allah Maha Pengampun, yang terpenting kita bertaubat dan membersihkan diri dari dosa dan kesalahan. Agar permasalahan dijauhkan dari kita.

Tanpa diminta pun, seringnya persoalan sudah datang, bahkan tidak jarang membuat kita tertekan,  apalagi ketika sudah tidak ada orang yang bisa menolong. Tidak ada orang yang menjadi tempat untuk mengadu, atau mereka pun hanya sebatas menghibur tanpa memberi solusi. Pada saat itu lah kita sebenarnya diajak menundukkan kepala dan hati dihadapan Allah. Itu lah waktu yang  tepat untuk melihat kembali perjalanan hidup, mengorek kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat.

Jika kita sudah tidak kuat memikul persoalan tersebut, ya angkat tangan saja, kita pasrahkan persoalan kepada Allah. Tidak perlu sungkan meminta penghentian proses hukuman layaknya terpidana yang meminta abolisi. Tidak perlu malu meminta pengampunan layaknya orang yang meminta grasi atau kalau perlu meminta amnesti atas hukuman akibat kesalahan kita. Entah itu namanya abolisi, grasi, atau amnesti kita mohonkan kepada Allah, karena persoalan maupun solusi semuanya kembali kepada Allah SWT.

Jika kita telisik Allah pun membolehkan, bahkan memerintahkan kita meminta ampun dan keringanan. Lebih jelasnya di surat Al Baqarah.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."[QS. Al-Baqarah: Ayat 286]

Ayat tersebut lebih lengkap dari sekedar permohonan grasi, amnesti, atau abolisi yang diajukan layaknya terpidana kepada presiden, yang dalam hal ini permohonan kita kepada Allah Pemimpin Yang Paling Agung. Dalam ayat tersebut tidak hanya permohonan atas beban yang tidak kuat dipikul. Tidak hanya wa'fu 'anna permohonan maaf, waghfirlanaa permohonan ampunan. Tetapi juga warhamnaa, meminta diberi rahmat oleh Allah. Sungguh kemurahan yang tiada tara, sudah salah tapi masih diarahkan untuk meminta rahmat. Jika bukan karena perintah Allah tentu kita tak akan berani menyampaikan karena takut dianggap nglunjak.

Tidak hanya itu saja, bahkan dalam hadits kita akan diberi kecukupan jika membaca dua ayat terakhir di surat Al Baqarah ini.

"Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rahmat Allah benar-benar lebih dekat dari murka-Nya. Banyak kebaikan yang akan Allah berikan jika kita mau kembali kepada-Nya. Untuk itu kita tidak perlu berputus asa, tidak usah bersedih hati atau meratapi kesalahan yang sudah terjadi. Ketika kita diberi kesadaran untuk kembali kepada Allah, itu anugerah dari Allah. Kesalahan adalah jalan kita untuk bersyukur, bersyukur atas kebaikan Allah yang mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya yang terang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun