Mohon tunggu...
Ghaniy Gustav
Ghaniy Gustav Mohon Tunggu... -

Sepi Pamrih Tebih Ajrih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aksi Teatrikal Dhandangan Berakhir Kontraproduktif

30 Mei 2017   11:31 Diperbarui: 30 Mei 2017   11:59 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kota Kudus selama tiga hari ini menjadi magnet tersendiri bagi netizen, utamanya pegiat seni baik dari Kudus, Pati, Jepara bahkan hingga ke Semarang. Penyebabnya adalah postingan video berdurasi sekitar 3 menit oleh akun facebook Rais Musthafa Ibrahim yang memuat aksi Bupati Kudus, Musthofa, yang menyela kegiatan teatrikal dari salah satu peserta Visualisasi Dhandangan, pada Jumat lalu. Video tersebut pun menjadi viral bahkan Dewan Kesenian Semarang, Handry Tm, juga ikut memposting ulang video tersebut. Tak hanya di facebook, sebuah artikel di Kompasiana.com pun muncul menanggapi video tersebut.

Dalam artikel tersebut, Dimas Nugraha, pemilik akun di Kompasiana.com, mencoba mengunggah sebagian besar komentar dari postingan akun facebook Rais Musthafa Ibrahim ke dalam artikelnya. Tak hanya itu, dia menyampaikan pendapat bahwasanya Bupati Kudus pada acara Visualisasi Dhandangan dianggap memperlakukan pertunjukan seni seperti, teater dan pantomime, layaknya orkes dangdut yang bisa dihentikan sewaktu-waktu, dikomentari, kemudian berlanjut lagi. Masih menurutnya, pertunjukan kesenian seperti ini sangat ketat dalam hal konsep, tempo, timing, dan artistik. Pihaknya juga mengatakan bahwa Bupati Kudus tidak memiliki etika dan sopan santun yang baik terhadap kegiatan berkesenian ataupun memperlakukan pelaku seni.

Artikel Dimas Nugraha tersebut memang menarik perhatian kalangan pegiat seni maupun masyarakat luas, khususnya daerah Kudus dan sekitarnya. Namun, menurut saya, apa yang dilakukan oleh penulis Kompasiana tersebut tidak obyektif dan komentar yang diangkat dalam tulisannya, diambil dari pelaku seni semata. Padahal, masyarakat luas belum tentu paham apa maksud dan tujuan pementasan tersebut. Hal ini sungguh tidak berimbang, ibarat menilai sesuatu hanya dari satu sisi koin mata uang. Alangkah baiknya, penulis juga mengangkat pendapat masyarakat umum yang awam akan kesenian.

Dalam pandangan pribadi saya, apa yang dilakukan oleh Bupati Kudus Musthofa yang menyela kegiatan teatrikal pada Visualisasi Dhandangan merupakan tindakan yang wajar. Wajar karena sebagai kapasitasnya yang mewakili rakyat, Musthofa menginginkan bahwa maksud dan tujuan pementasan teatrikal harus dapat diketahui dan dipahami secara luas baik bagi pegiat seni sendiri, maupun masyarakat awam yang belum tentu paham akan kesenian. Mungkin bagi pegiat seni ini adalah yang memalukan, akan tetapi sebagai masyarakat umum yang dilakukan Bupati Kudus adalah hal yang sangat biasa. Toh, Bupati Kudus tidak menghentikan acara akan tetapi hanya meminta kejelasan kepada peserta untuk dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap apa yang dipentaskannya. Perlu diketahui juga bahwa yang hadir pada acara Visualisasi Dhandangan tentu tidak hanya kalangan seniman semata melainkan masyarakat luas baik remaja hingga dewasa, sehingga diperlukan narasi baik sebelum atau selama pementasan agar dapat dipahami oleh semua pihak.

Menurut pandangan saya, peristiwa ini tidak perlu terlalu larut dibahas sehingga energi kita terbuang sia-sia. Saya berusaha memposisikan diri sebagai pegiat seni, utamanya peserta aksi teatrikal pada acara Visualisasi Dhandangan. Saya sepakat sebagai seniman mungkin saya akan emosi jika ditengah penampilan saya, tiba-tiba dihentikan. Perasaan yang demikian tentu sangat wajar sebagai manusia biasa. Tapi, apakah seorang seniman tidak boleh dan tidak pantas untuk dikritik atau diberikan masukan ? Tentu masukan atau kritikan tersebut dimaksudkan agar menjadi lebih baik, utamanya dalam hal menghibur penonton. Sehingga, penonton mampu menangkap nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam aksi teatrikal tersebut. Saya juga berusaha memposisikan diri saya sebagai masyarakat luas yang tidak paham akan kesenian, tentu saya ingin mendapat gambaran singkat dari apa yang akan ditampilkan oleh peserta aksi teatrikal dengan adanya narasi. Tak hanya itu, saya juga akan merasa bahagia jika pesan-pesan yang disampaikan lebih jelas dan bisa dihayati. Saya juga berusaha memposisikan diri sebagai Bupati Kudus dimana Visualisasi Dhandangan ini dihandle langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisita yang merupakan tangan panjang Bupati dalam hal mewujudkan Kudus Berbudaya. Sebagai Bupati tentu saya ingin mendapat kejelasan tentang bagaimana jalannya pementasan tidak hanya Bupati Kudus semata yang memahami tapi juga masyarakat harus bisa memahami makna yang disampaikan dalam pementasan. Sebagai tambahan pada video tersebut, Bupati Kudus juga menanyakan konsep pementasan ataupun teknis pementasan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Memang tidak akan pernah larut membahas hal yang kita yakini benar. Namun, saya memiliki dua solusi terbaik menurut hemat saya yang pada pokoknya akan melahirkan rasa kebersamaan antara pemerintah Kabupaten Kudus dengan pegiat seni di Kudus.


Pertama adalah saya menyarankan agar Pak Musthofa sebagai stakeholder di Kudus dapat merangkul pegiat seni yang berada di Kudus, utamanya yang berpartisipasi dalam kegiatan Visualisasi Dhandangan, Jumat lalu, untuk dapat bertemu secara langsung. Hal ini sangat baik untuk sambung rasa sekaligus sebagai ajang untuk guyub rukun bersama dengan pegiat seni di Kudus. Pak Musthofa dapat menjelaskan secara langsung kepada pegiat seni apa maksud dan tujuan yang disampaikannya ketika menyela pementasan seni dalam Visualisasi Dhandangan. Komunikasi dua arah semacam inilah yang harus ditempuh supaya miskomunikasi tidak berlanjut. Bagaimanapun sebagai saudara sekota, harus ditempuh cara-cara dialogis dan komunikatif.

Kedua adalah pak Musthofa harus merespon dengan tindakan akomodatif. Langkah ini juga menjadi sangat vital dimana pegiat seni dapat menyampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuannya ketika kegiatan pementasan dalam acara Visualisasi Dhandangan. Dalam hal ini, pak Musthofa mendapatkan gambaran yang jelas dan detil tentang aksi teatrikal maupun kegiatan Visualisasi Dhandangan secara keseluruhan. Pada kesempatan ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat menjadi mediator sehingga tercipta suatu hal yang adem, kekeluargaan dan erat. Mengingat kita sedang melaksanakan Bulan Ramadlan, tentu momen seperti ini sangat baik untuk terus meningkatkan rasa persaudaraan.

Sebagai tambahan informasi (yang mungkin tidak diupload dan tidak dimasukkan dalam artikel Dimas Nugraha), Pak Musthofa ketika dimintai keterangannya setelah acara Visualisasi Dhandangan mengatakan bahwa pentas teatrikal yang ditampilkan oleh grup teater sangat bagus, hanya saja pihaknya menyayangkan banyak warga yang kurang memahami. “Pentas teaterikal yang disajikan pada dhandangan kemarin sangat bagus. Saya sangat mengapresiasi karya dan kerja keras para seniman Kudus. Di sisi lain, saya prihatin karena banyak warga yang hadir nampak kurang antusias karena tidak memahami makna pentas teaterikal tersebut. “ ujarnya.

Selain itu, Pak Musthofa juga berpendapat bahwa seniman memang harus diapresiasi, akan tetapi warga masyarakat umum juga perlu hiburan yang dapat dipahami,”Seniman butuh diapresiasi dan dipahami, karena apresiasi penonton adalah darah bagi sebuah pentas kesenian. Sementara warga juga butuh hiburan yang dapat mereka pahami. Saya tidak ingin jurang pemahaman ini terjadi lagi.” Imbuhnya.

Bupati Kudus tersebut juga menyampaikan bahwa pihaknya siap mengakomodir aspirasi dari seniman dengan memberikan kemudahan fasilitas untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul,”Oleh karenanya, saya mengajak kawan-kawan seniman untuk dapat menggunakan joglo pendopo sebagai tempat berlatih. Masyarakat silakan hadir menyaksikan para seniman berlatih. Diharapkan dengan interaksi yang sering, jurang pemahaman antara warga dengan para seniman akan hilang. Bagi saya, pemerintah harus menjadi jembatan yang mengakomodir harapan dan apresiasi terhadap karya para seniman.” tutup pak Musthofa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun