Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kenapa Jokowi Enggan Kokang Senjata di Laut Natuna?

9 Januari 2020   06:02 Diperbarui: 9 Januari 2020   06:19 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden berkunjung ke Natuna (Twitter/@jokowi)

Melawan atau pasrah begitu saja saat Cina mulai merangsek masuk ke wilayah NKRI? Pilihannya sudah pasti melawan, apapun risikonya. Itu sudah harga mati, tak peduli seberapa kuat kemampuan militer kita dibanding Cina, yang di atas kertas kita memang kalah jauh ketimbang mereka. Tapi tak apa, namanya juga menjaga kedaulatan. Hancur lebur pun tak jadi soal.

Tetapi betulkah Cina telah mengacak-acak kedaulatan kita di laut Natuna? Inilah yang penting dipastikan terlebih dahulu. Jangan gegabah sebab ini bukan perkara ringan. Ada banyak dampak yang perlu diperhatikan agar jangan sampai merugikan kita sendiri.

Kepastian itulah yang ingin dijemput Presiden Jokowi sehingga harus berkunjung ke Kepulauan Natuna. Presiden ingin memastikan apakah Cina memang betul-betul mengusik Merah-Putih?

Ternyata, sebagaimana disebutkan Jokowi akun Twitter @jokowi, Cina masih berada di area ZEE, area laut yang boleh dilintasi kapal internasional. Boleh melintas tetapi dilarang memanfaatkan kekayaan lautnya.

Sampai di sini persoalan Natuna semakin jelas. Bahwa Cina belum masuk area teritorial Indonesia tetapi diduga kuat telah mengambil hasil kekayaan laut Natuna, ikan salah satunya. Pertanyaannya, apakah sudah waktunya kekuatan militer digunakan untuk menyelesaikan hal tersebut? Atau cukup menggunakan pendekatan diplomasi saja?

Tampaknya Presiden memilih jalur diplomasi dulu, enggan tergesa-gesa memerintahkan perlawanan militer. Selama Cina belum menginjak area teritorial Indonesia tanpa izin, Jokowi sebagai Presiden terlihat berupaya menahan diri.

Akan berbeda soal jika Cina memang telah terbukti menunjukkan itikad tidak baik. Bila itu yang terjadi, apapun risikonya, saya meyakini Jokowi pasti kokang senjata.

Dalam kaitan inilah, Prabowo Subianto sebagai Menhan ikut menahan diri. Sebab bagaimanapun, isu Natuna merupakan wilayah kewenangan Presiden sebagai Panglima Tertinggi. Prabowo, saya juga yakin, akan dengan senang hati bila Jokowi memerintahkan penggunaan militer.

Sekali lagi, apapun risikonya. Mau menang atau kalah, yang penting tempur dulu. Saya kira, kita tidak perlu lagi meragukan kecintaan Prabowo terhadap negeri ini.

Maka bisa disimpulkan, Jokowi bukan karena takut kehilangan investasi besar-besaran Cina di Indonesia sehingga terkesan lemah di Natuna. Atau karena merasa kekuatan militer Cina jauh lebih unggul hingga menghindari pertempuran. Sama sekali tidak. Jokowi hanya realistis saja.

Itu menurut saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun