Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

"In Memoriam" 100 Tahun Nommensen dan Dedikasinya di Tanah Batak

23 Mei 2018   14:24 Diperbarui: 23 Mei 2018   19:56 4382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ingwer Ludwig Nommensen. (Istimewa)

Sejarah peradaban masyarakat Batak tidak bisa dilepaskan dari kehadiran seorang Jerman bernama Ingwer Ludwig Nommensen. Kini, genap sudah 100 tahun Nommensen meninggalkan mahakaryanya di Tanah Batak.

Orang Batak tentu akrab dengan nama Nommensen. Ini karena mayoritas suku Batak (Toba) merupakan jemaat dari gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Sedangkan Nommensen dan HKBP adalah bagian yang saling mengikat satu sama lain. 

Nommensen banyak berperan atas lahirnya HKBP hingga menjadi gereja terbesar di Asia Tenggara serta organisasi keagamaan terbesar ketiga di Indonesia setelah NU dan Muhammadiyah.

Lalu, siapakah sebenarnya Nommensen? Dia lahir di Nordstrand, Denmark (kini masuk wilayah Jerman), 6 Februari 1834. Dalam usia 84 tahun, dia meninggal pada 23 Mei 1918 dan dimakamkan di Sigumpar, Kabupaten Tobasa. Areal pemakaman Nommensen saat ini menjadi salah satu lokasi wisata rohani yang banyak dikunjungi.

Gelar "Rasul Batak" yang disematkan kepada Nommensen memang tidak berlebihan. Di eranya menginjil, banyak orang Batak yang akhirnya dibaptis dan resmi sebagai penganut Kristen. Di eranya pula, HKBP resmi berdiri pada 7 Oktober 1861 dan mengangkatnya sebagai Ephorus (pemimpin tertinggi) HKBP yang pertama.

Namun yang paling mengagumkan, Nommensen tidak semata-mata menyebarkan agama Kristen kepada masyarakat Batak yang saat itu masih menganut animisme. Mendirikan pos sekolah dan pos kesehatan adalah cara unik yang dilakukan Nommensen guna meraih simpati masyarakat Batak.

Lewat pemberian layanan pendidikan dan kesehatan itulah misi Nommensen akhirnya bisa diterima hingga sekaligus mengubah paradigma orang Batak tentang betapa pentingnya sektor pendidikan jika ingin mengubah kehidupan. Praktik "orang pintar" alias dukun juga perlahan menghilang, digantikan oleh peran tenaga medis.

Kini, 100 tahun sepeninggal Nommensen, jemaat HKBP sudah mencapai 5 juta jiwa yang tersebar di seluruh Indonesia dan dunia. Kantor Pusat HKBP yang berada di Pearaja, Tarutung, Taput menjadi sentral seluruh liturgi dan pelayanan bagi seluruh HKBP di manapun berada. Meski ada kata "Batak", HKBP bukan berarti tertutup dari suku lain. HKBP terbuka bagi siapa saja kendati bukan orang Batak sekalipun.

Makam Nommensen di Sigumpar (danautobacenter.com)
Makam Nommensen di Sigumpar (danautobacenter.com)
Petualangan Nommensen

Nommensen memulai jejak misionarisnya di Silindung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput). Kelak, di daerah pertama kali ia menginjakkan kakinya, Pemkab Taput membangun areal wisata rohani yang dikenal dengan "Salib Kasih". Dari sanalah Nommensen menyebarkan agama Kristen mula-mula.

Sukses meletakkan dasar-dasar Kekristenan di Silindung dan Humbang, Nommensen kemudian bergeser ke wilayah Toba, dengan mendirikan pos di Sigumpar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun