Mohon tunggu...
Taufik Yoga Pratama
Taufik Yoga Pratama Mohon Tunggu... Relawan - Sharing and Connecting

Here I am, walking naked through the world - Mr. Big

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebuah Dusun di Nagari Kompasiana

8 November 2014   00:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selamat sore Kompasianer,

Saya punya status baru nih (sebelumnya: pengamat politik abal-abal), yaitu Filsuf abal-abal. Ya, saya pilih status baru ini karena sesuai kondisi kekinian Nagari Kompasiana.

Ada apa dengan Nagari K?

Nagari K kini sedang dilanda demam prasangka dan adu nurani. Benar, adu nurani (Nurani lho, kok diadu?..). Bagaimana mungkin prasangka bisa bikin demam? Dan apa makna dari adu nurani?

Begini ceritanya:
Konon, pada suatu waktu, ada pemilihan kepala dusun di Nagari K. Hanya ada 2 pasangan calon, yaitu pasangan calon Pak Prakowi melawan Pak Jobianto (selanjutny saya sebut dengan Pak PKW dan Pak Jo). Kedua pasangan calon ini luar biasa kharismanya, warga dusun berbondong2 karena antusias mempersiapkan pesta pemilihan kadus ini (secara langsung kok, gak dipilih oleh dewan dusun). Karena hanya ada dua pasangan, warga dusun ‘terbelah’ secara ideologi. Biasa lah, klau orang sudah terbelah yang pasti terjadi y saling tukar pikiran.
Singkat cerita, pilkadus dimenangkan oleh Pak Jo. Gembira lah para pendukung Pak Jo ini. Sudah berakhir seharusnya ‘terbelahnya’ ideologi warga dusun tsb. Namun, nyatanya ada saja gerombolan di dusun tsb yang tidak mau merangkul satu sama lain. Menolak berpikir dengan logika, mengedepankan emosi.
Yang paling hangat adalah adanya pimpinan dewan dusun (DD) ‘tandingan’. Yang mana dibentuk oleh segelintir anggota DD yang tidak terima dengan aturan pemilihan, yang sudah disahkan oleh Mahkamah Peraturan Dusun, karena mereka menganggap pimpinan DD ini mengutak atik aturan karena mereka adalah orang-orang yang belum move on dari kekalahan Pak PKW. Dan teryata, warga pendukung Pak Jo pun setuju dengan prasangka tsb, malah mereka mengembel-embeli warga yang tidak sepaham adalah warga yang tidak pake nurani.
Dan perseteruan pun masih berlangsung hingga kini...
Lalu, apa masalahnya, Bro?
Menurut alam pemikiran saya, ada hal-hal yang miss disini:


  1. Dengan analisa dan gejala-gejala tertentu, terutama karena tidak sepaham, dewan dusun pendukung Pak Jo telah mengambil kesimpulan bahwa mereka sedang diakali. Sah-sah saja menurut saya, tapi tindakan membentuk pimpinan dusun tandingan itu adalah hal di luar nalar. Okelah politik memang dliuar nalar, tapi ini kan dalam konteks hidup bernegara. Ada aturan main, Bung. Demam prasangka.
  2. Bahwa me-label-i ‘tidak pakai hati nurani’ adalah hal diluar nalar lainnya. Lha wong warga membela aturan yang berlaku kok dianggap ga pake nurani? Ini kan namanya ngawur. Dan gaperlu dibanding2kan dengan masa lalu lah, kebenaran hari ini belum tentu kebenaran esok hari. Adu nurani.

Sekian dari saya, filsuf abal-abal karbitan. Heuheu...
Salam Ngawur

Kawasan Sudirman, 07-11-2014

-TYP-

“Tujuan tidak menghalalkan cara, Bung”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun