Kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu keterampilan penting di abad ke-21. Di era informasi yang berkembang pesat, siswa tidak cukup hanya menghafal, tetapi juga perlu memahami, menganalisis, dan menilai informasi yang mereka terima Sayangnya, proses pembelajaran di sekolah dasar masih sering berfokus pada pencapaian nilai dan hafalan materi.
Padahal, masa sekolah dasar merupakan periode emas bagi anak untuk mengembangkan pola pikir logis dan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga mengasah keterampilan berpikir kritis dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.
Berpikir kritis bukan berarti "mengkritik" orang lain, melainkan kemampuan untuk memahami, membandingkan, dan mengambil keputusan berdasarkan alasan yang logis. Menurut Facione (2015), berpikir kritis mencakup keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan.
Dalam konteks siswa SD, berpikir kritis bisa diwujudkan melalui kegiatan sederhana, seperti menilai isi bacaan, membedakan fakta dan opini, atau mencari alasan di balik suatu peristiwa. Dengan begitu, siswa belajar tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga memahami maknanya.
 Melatih kemampuan berpikir kritis sejak SD memiliki banyak manfaat. Anak yang terbiasa berpikir kritis akan lebih mandiri dalam belajar, berani berpendapat, dan mampu mengambil keputusan secara bijak. Selain itu, berpikir kritis juga mendukung keterampilan lain seperti  komunikasi dan kolaborasi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga menekankan pentingnya penguatan Profil Pelajar Pancasila, salah satunya melalui dimensi bernalar kritis. Artinya, pembelajaran di SD seharusnya diarahkan untuk membantu siswa memahami masalah dan mencari solusi berdasarkan bukti, bukan sekadar menyalin jawaban.
Mengembangkan berpikir kritis tidak harus dilakukan dengan cara formal atau serius. Justru, kegiatan belajar yang menyenangkan sering kali lebih efektif dalam menumbuhkan rasa ingin tahu anak. Guru dapat memulai dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai hal-hal yang dekat dengan kehidupan mereka, seperti menjaga kebersihan sekolah atau pentingnya menanam pohon. Melalui diskusi sederhana tersebut, siswa belajar mengemukakan pendapat dan mendengarkan pandangan teman-temannya. Selain itu, permainan edukatif juga bisa menjadi sarana yang menarik untuk melatih berpikir kritis. Misalnya, melalui permainan tebak logika atau eksperimen sains sederhana, siswa diajak untuk menganalisis sebab-akibat dari suatu peristiwa.
Kegiatan seperti ini membuat mereka aktif berpikir tanpa merasa sedang "belajar berat". Guru juga dapat menggunakan metode tanya-jawab terbuka yang mendorong siswa untuk menalar, seperti mengajukan pertanyaan "mengapa", "bagaimana jika", atau "apa akibatnya" terhadap suatu topik.
 Guru dapat melibatkan siswa dalam proyek mini yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Misalnya membuat poster ajakan menjaga kebersihan kelas, melakukan pengamatan tumbuhan, atau menulis laporan sederhana tentang hasil observasi. Kegiatan ini membantu siswa belajar meneliti, menyimpulkan, dan menyampaikan hasil pikirannya dengan percaya diri. Guru memiliki peran sentral dalam menciptakan suasana belajar yang mendorong berpikir kritis. Guru perlu menjadi fasilitator yang membuka ruang dialog, menghargai pendapat siswa, dan menuntun mereka menemukan jawaban sendiri. Selain itu, guru dapat memanfaatkan media pembelajaran interaktif serta memberikan apresiasi terhadap setiap proses berpikir siswa. Dengan cara ini, siswa merasa dihargai dan berani mencoba mengemukakan gagasannya tanpa takut salah.
Berpikir kritis merupakan keterampilan penting yang perlu diasah sejak dini. Melalui kegiatan belajar yang menyenangkan, siswa SD dapat belajar memahami, menalar, dan mengambil keputusan dengan logis. Guru sebagai ujung tombak pendidikan dasar memiliki peran besar dalam menumbuhkan lingkungan belajar yang aktif, kreatif, dan inspiratif. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas, tetapi juga berpikir kritis dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Mahasiswa PGSD
Universitas Ngudi Waluyo
Â