Mohon tunggu...
Penjolkoming
Penjolkoming Mohon Tunggu... Jurnalis - Menghimbau agar para berperkara segera mempertanggungjawabkan , terutama PNS yang melanggar peraturan kedinasan , sebagaimana Kwajiban dilakukan oknum Oknum PNS bermasalah kriminal Pidana

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jas Merah

17 Februari 2021   10:38 Diperbarui: 17 Februari 2021   10:43 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendali kuda kekang Orde ( dokpri)

Brataposmedia.ID - Pati_ Opini --ddf-apa yang ada di semakin banyak otak yang belum riil di sejarah  adalahgambaran kemerdekaan realitas nasion yang sedang berkembang. Itulahyang membutuhkan visi ke depan. Dan itulah kunci pada tenaga luarbiasa dari setiap perjuangan manusia pada awal proses perjuangannya.

Sebuah nasion bukanlah hasil proses imajiner tetapi hasil proses perjalanan riil materiil. Yang butuh "imajinasi' (kemampuan menyimpulkan pengalaman untuk melihat jalan ke depan) tetapi juga bukan imajiner tetapi tetap seriil-riilnya, senyata-nyatanya, adalah membangun organisasi dan gerakan untuk merebut kemerdekaan.  . Penindasan dan pembunuhan terjadi dari ujung ke ujung negeri dan tak kenal etnis. Pulau Buru, Plantungan dan penjara menjadi pulau2 keeksilan yang tak kenal etnis.

tantangan tersendiri bagi Indonesia ketika ,ang paling dahsyat. Baik di dalam kaum yang ditindas, maupun yang menindas, nama-nama segala etnis ada (kecuali di kaum yang penindas tak muncul nama-nama  Tionghoa, karena nama-nama terpaksa dirubah   red.)

Nasion tetap ada. Tetapi diskusi dan polemik bersama-sama tak ada. Bahkan bahasa bersama semakin tidak dinamis. Sastra yang  dinamis justru lahir berkembang di dalam keeksilan atau dari pinggiran sebagai perlawanan.  Bayangkan bagaimana dengan bacaan buku " Bumu Manusia"  

Buku ditulis di pulau jauh di sana terpisah dari Indonesia   diterbitkan di Indonesia untuk orang indonesia nggak boleh dibaca gernerasi kita  ada
apa  hal itu dilakukan Polisi dan tentara kita  - tetapi justru  Oleh orang orang dekat  ditengah-tengah Indonesia -menasionkan  Negara yang terefleksilkan 

Begitulah yang terkenang ketika dulu saat aku masih menjadi Aktivis gerakan  anggakat '88  apa yang bisa dicermati selain mengais sejarah diri sendiri , tak bisa menikamti kemerdekaan itu .sejarah kegalanku 30 tahun lalau , karena sistem penerimaat tentara harus melakukan litsus pas waktu pantokhir seleksi  tentara di Magelang  dan yogyakarta , petanyaanya ; apakah saya membaca Bumi Manusia, rumah Kaca , dan  karya karya ananta Tour lainnya . Buku Buku itu menjadi Buku Merah dan jadi saksi Sejarah kebengisan sebuah rezim , ak sendiri akhirnya tidak lolos dalam seleksi penerimaan Tentara . setelah llulus dari mahasiswa filsafat di sebuah perguruan swasta , kupikir pikir aku bisa mendaftar menajadi Tentara , ABRI saat tiu atau menjadi polisi , mungkin enam kali aku ikut seleksi , sampai Pantokhir semua , kalau sudah sampai Pantokhir katanya  bisa langsung ke aman, tapi nyatanya aku terperosok dan kesesatan pikir sampi sekarang 

( Bratamedia.ID/Opini - pembacaan karya )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun