Mohon tunggu...
Panji ElFatana
Panji ElFatana Mohon Tunggu... -

Peselancar kata data, tinggal di Kota Lunpia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tabulasi Kematian KPPS, Sebuah Tragedi

30 April 2019   14:55 Diperbarui: 30 April 2019   15:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

KEMATIAN tentu sama sekali bukan lelucon. Tetapi ketika tabulasi anggota KPPS yang mati terus bertambah, terasa ada situasi tragedi-komedi. Bagaimana tak? Nir bentrok, kerusuhan, apalagi huru-hara, tapi menelan ratusan nyawa?

Media mancanegara memberitakannya hati-hati. Di antero dunia, jamak orang mati gegara politik. Tetapi mungkin ini yang pertama di dunia, ratusan nyawa hilang dalam pemilu yang tenang. Hingga artikel ini ditulis, tercatat korban tewas sebanyak 318 anggota KPPS, 72 panwas, dan 22 anggota Polri.

'Ratusan pekerja pemilu di Indonesia tewas karena sakit dan kelahan', tulis Globalnews.ca. Judulnya relatif seragam dengan media lain. Frase 'karena sakit dan kelelahan' masuk judul. Mungkin agar pembaca tak salah menarik kesimpulan gara-gara membaca sepintas.

Coba bayangkan jika tajuknya berbunyi, 'Ratusan petugas pemilu dan polisi Indonesia tewas'. Asosiasi pembaca akan cenderung mengarah pada aksi kerusuhan. Apalagi jika ditambah keterangan bahwa pemilu yang menelan ratusan korban jiwa itu, terjadi di negara Muslim terbesar di dunia. Persepsi bisa semakin liar.

Padahal pemilu di Indonesia aman-aman saja. Tak muncul konflik yang luas, hanya riak-riak kecil. Justru atmosfer seram timbul karena tebaran spanduk 'jangan takut datang ke TPS'.

Apakah banyaknya petugas yang tewas itu mengherankan? Cobalah bertanya kepada statistik. Mungkin dia akan menjawab, angkanya tak signifikan. Jumlah tempat coblosan pada Pemilu 2019 ini sebanyak 810.219 TPS. Jika satu TPS diawaki 9 orang (7 KPPS, 2 linmas), maka jumlah pekerja yang terlibat tak kurang dari 7,29 juta orang. Tepatnya 7.292.961. Jadi jika taruhlah 350 orang di antaranya mati, angkanya tidak seberapa. Prosentasenya sangat kecil, kurang dari 0,0042 persen. Sangat sedikit sekali, bukan?

Argumen 'prosentase yang sangat kecil' ini juga kerap dijadikan tameng anggota KPU ketika dikritik perihal dugaan kecurangan (atau katakanlah, kelalaian). Misalnya ketika dikritik perihal banyaknya kasus salah hitung. Selain berdalih  human error karena petugas kelelahan, juga berlindung di balik angka bahwa sangat kecil prosentasenya. Tidak signifikan dibanding jumlah TPS yang mencapai 800 ribuan itu.

Padahal, publik bisa mempersepsi bahwa kasus salah hitung ini akibat kegagalan sistem. Idealnya, sistem informasi KPU sudah disemati tool untuk mendeteksi kesalahan. Sehingga ketika petugas menginput angka yang tak wajar, sistem akan menampilkan pesan kesalahan.

Lalu, bagaimana kita memaknai kata 'banyak' atau 'sedikit'? Diktator Rusia Joseph Stalin pernah membuat staire terkenal. 'Kematian satu orang adalah tragedi, kematian jutaan orang adalah statistik,' katanya.

Lantas, peristiwa gugurnya ratusan petugas pemilu itu kita anggap apa? Sebuah tragedi, cuma statistik, atau jangan-jangan komedi? Mohon maaf beribu maaf kepada keluarga korban. Tetapi, bukankah tragedi-komedi adalah sumber kebahagiaan terbesar di negeri ini? Banyak di antara kita bisa survival karena bisa ngemong rasa, memperlakukan tragedi sebagai komedi.

Rakyat negeri Beruang Merah boleh terkenal dengan satire 'mati ketawa ala Rusia'. Tapi kita 1001 kali lebih hebat dalam urusan melawan penderitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun