Mohon tunggu...
Djho Izmail
Djho Izmail Mohon Tunggu... Administrasi - Pejalan kaki yang lambat

Bercerita dari Kampung Bermukim Maya di: https://pangeranrajawawo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya, Anak Seorang PKI

30 September 2015   05:18 Diperbarui: 30 September 2015   05:18 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Komunis Indonesia atau PKI sudah menjadi buah bibir di masyarakat. Mulai dari anak ingusan sampai orang tua, mengenal namanya. Pada buku-buku sejarah dan film yang pernah ditonton saya diberitahukan secara tersirat bahwa PKI itu partai terlarang. Dilarang oleh pemerintah. Bahkan lebih sadis lagi, pernah ada, banyak sekali anggota PKI yang dibantai di mana-mana di wilayah Indonesia tercinta ini. Tak terkecuali di Flores, NTT.

Ada sebuah pengakuan yang membuat saya sedikit bergidik ngeri. Bapa saya juga pernah bergabung di dalam partai tersebut. Adalah motivasinya tak lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan ekonomi. Katanya, mengikuti PKI akan mendapatkan peralatan berkebun, maklum, bapa saya seorang petani. Lagi pula cukup sulit mendapatkan peralatan tersebut di kampung kami yang sangat udik. Yang hanya bisa diakses dengan berjalan kaki atau berkuda bagi para pembesar kampung.

Motivasi mendapatkan pacul, parang, sabit dan berbagai peralatan berkebun lainnya itu, membuat bapa saya mau ikut masuk PKI. Tak ada pemikiran lain dalam benak seorang yang cuma sampai kelas empat Sekolah Dasar tersebut. Yang ada hanya pemenuhan kebutuhan ekonomi. Sebab, mereka juga dijanjikan akan mendapatkan beras gratis dan sembako yang lainnya.

Seminggu sebelum kabar pembantain itu terjadi, ketua yang merekrut banyak anggota di kampung kami menghilang, padahal minggu depannya ia sudah berjanji mengantar sembako dan perkakas berkebun. Sempat ada kekecewaan dalam diri bapak. Mereka merasa ditipu.

Saat pembantaian besar-besaran semua anggota PKI yang ada di Ende, Flores, bapak bersama beberapa temannya pergi menjual jambu biji ke kota dengan berjalan kaki. Jarak dari kampung ke kota sekitar dua puluhan kilometer. Di daerah Nangaba, dekat tambang pasir besi sekarang, mereka mendapati banyak orang berdiri di berjejer pinggir lubang besar dengan kedua jempol tangan diikat. Itulah saat pengeksekusian para anggota PKI.

Sampai sekarang, bapa saya merasa bersyukur karena takdir belum memanggilnya secara kejam lewat pembantaian missal PKI. Ketua yang merekrut mereka pun sampai saat ini tak tahu rimbanya. Untung dia lari dan membakar semua dokumen yang ada nama bapa saya. Demikian cerita singkat tentang mantan anggota PKI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun