Maraknya iklan pencapaian Presiden Prabowo Subianto selama periode ini hadir sebelum penayangan film dimulai, pencapaiannya ditampilkan dari program MBG, pertahanan, ketahanan pangan, hingga kesejahteraan TNI. Namun muncul pernyataan dari salah satu masyarakat, "Pencapaian program pemerintahan memiliki ruang tersendiri untuk disampaikan, tak harus menyisipkan di bioskop." Apakah layar bioskop bukan lagi sekadar hiburan?
Baru-baru saja ini, masyarakat gempar dengan tampilan pencapaian Presiden Prabowo Subianto yang dikemas dalam bentuk iklan diputar pada bioskop XXI pada tanggal 9 -- 14 September 2025. Menurut Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, yang disampaikan kepada wartawan Detik News, menyebutkan bioskop adalah ruang publik dan bisa dijadikan wadah penyampaian pesan secara komersial. "Layar bioskop, sebagaimana televisi, media luar ruang, dan lain-lain, juga ruang publik yang bisa diisi dengan berbagai pesan, termasuk pesan komersial. Kalau pesan komersial saja boleh, kenapa pesan dari pemerintah dan presiden nggak boleh?" ucap Hasan Nasbi pada hari Minggu (14/09/25). Hal ini ditunjukkan cuplikan video kegiatan dan potongan pernyataan Presiden Prabowo Subianto, yang membawa narasi dan angka dari berbagai pencapaian program, seperti 21.760.000 ton total produksi beras nasional hingga Agustus 2025 dan 5.800 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi. Selain itu, dicantumkan juga narasi 80 ribu kelembagaan Koperasi Desa Merah Putih resmi diluncurkan dan narasi 100 Sekolah Rakyat telah diresmikan.
Namun, masyarakat berkata lain, salah satu masyarakat diwawancarai oleh wartawan BBC bernama Citra Nanda (37) mengingat masa kecilnya di zaman Presiden Soeharto. Beliau merasa ini ada kemiripan propaganda pada masa Orde Baru, puluhan tahun yang lalu, ketika sedang asyik menonton televisi diinterupsi video pendek Presiden Soeharto bersama istrinya di tengah sawah bercaping sambil mengangkat padi dan melambaikan tangan. Karena itu, ia terkejut saat melihat video serupa di layar lebar. "Kita lagi ada di zaman apa sih ini? Semacam propaganda ya. Kok bisa-bisanya, setelah demo besar sampai ada yang meninggal, terus malah pasang begini," ucapnya.
Dari apa yang dilihat kedua pihak yang memiliki pendapat bertolak belakang, apa yang dirasakan, ini benar bahwa iklan Presiden Prabowo Subianto menarik perhatian publik di zaman ini. Namun, apakah ini pantas ditunjukkan di ruang hiburan untuk capaian politik? Mengapa tidak dibuktikan lewat dampak nyata di masyarakat? Terlebih lagi Presiden Prabowo Subianto baru menjabat sebagai presiden selama 1 tahun. Hal ini memicu kenyamanan penonton seperti yang disampaikan oleh Citra Nanda di atas. Ini justru menjadi suatu hal yang provokatif di masyarakat sekitar karena masyarakat masih merasa belum siap menerima di situasi dimana bapak Presiden Prabowo Subianto belum lama menjabat sebagai presiden selama 1 tahun.
Tak lupa, terdapat klarifikasi yang disampaikan oleh pihak Cinema XXI oleh Corporate Secretary Cinema XXI, Indah Tri Wahyuni menyebutkan bahwa ini adalah Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di situs kumparan. "Terkait hal ini yang dapat kami sampaikan bahwa Cinema XXI menyediakan ruang bagi penyampaian informasi publik dari pemerintah, dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat" ucap Indah pada hari Selasa (16/9/2025). Pihak Cinema XXI juga menyatakan bahwa penayangan ILM ini hanya berlaku selama satu minggu saja. Selain itu, seperti apa yang disampaikan diatas oleh Kepala Kantor Presidenan (PCO) Hasan Nasbi menyatakan bahwa pemerintah ingin sosialisasi ke seluruh rakyat Indonesia tentang apa yang dikerjakan oleh pemerintah supaya masyarakat paham.
Dari klarifikasi oleh pihak Cinema XXI dan juga pihak pemerintah, ini bukanlah solusi untuk mencari pencitraan capaian politik melewati ruang hiburan seperti bioskop, ini bukanlah solusi yang baik karena bioskop merupakan tempat bagi masyarakat ingin menonton hiburan tanpa politik terkait. Berdasarkan apa yang diperlihatkan iklan pencapaian bapak Presiden Prabowo Subianto, ini terlihat seperti hanya bergantung dengan bioskop dan bioskop merupakan salah satu tempat yang terlihat "eksklusif" dimana hanya menjangkau penonton bioskop saja, bukan seluruh masyarakat yang ada di Indonesia terlebih masyarakat dari pedalaman yang masih belum memiliki fasilitas atau tempat bioskop di daerahnya. Lantas, apa yang harus pemerintah lakukan agar rakyat Indonesia memahami apa yang dikerjakan oleh pemerintah?
Lebih baik solusi yang baik ini dilakukan apabila ingin memberikan "Pencapaian program pemerintah" kepada masyarakat dengan memberikan apa pencapaiannya di situs resmi khusus pemerintah, menggunakan data yang valid dan memasukkan apa ucapan masyarakat terkait program tersebut. Namun jangan lupa, kita juga berada di zaman dimana banyak akses platform online gratis dimana semua masyarakat dapat diraih agar lebih inklusif selain situs resmi agar tidak melibatkan satu pihak seperti bioskop yang "eksklusif." Platform online gratis ini dapat  dilihat di YouTube, TikTok, Facebook, X/Twitter, Instagram dan lainnya dari pihak pemerintah yang bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat selain penonton bioskop yang ada di Indonesia.
Selain itu, masyarakat juga berperan penting dalam hal ini. Berpartisipasi untuk mengadvokasi melalui media sosial dan kampanye online seperti saat masyarakat membicarakan topik hangat ini di platform online. Tetapi, masyarakat juga wajib memberikan kesempatan bahwa suara minoritas juga diperlukan agar membangun tekanan publik. Terlepas dari solusi untuk masyarakat ini, masyarakat juga harus meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan diri dengan meningkatkan literasi digital, tak lupa mengajak juga orang terdekat dan masyarakat di platform online. Ini supaya masyarakat bisa merasa lebih siap untuk berpartisipasi dan berpikir kritis bersama yang lebih inklusif. Ini dapat memberikan pemerintah pemahaman dan melakukan inovasi baru dan mendapatkan evaluasi sebanyak-banyaknya dari masyarakat. Semua wajib terlibat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI