Mohon tunggu...
panca kumaladewi
panca kumaladewi Mohon Tunggu... Konsultan - suka makan

bangun dan bangunlah

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mobilitas Sosial (Social Mobility)

13 Desember 2019   12:47 Diperbarui: 13 Desember 2019   12:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendestrian Jalan Ijen dalam Perspektif Sosiologi pembangunan

Kota Malang adalah kota yang terkenal sebagai kota bunga dan kota wisata, sehingga banyak wisata-wisata baru yang bermunculan di kota tersebut, salah satunya adalah peresmian Jalan Ijen sebagai kawasan Heritage oleh H. Moch Anton, peresmian tersebut guna membuat fasilitas umum di jalan Boulevard yang merupakan kawasan wisata Heritage. Dengan adanya peresmian tersebut setiap tahun terus dibangun guna mempercantik kawasan tersebut. Pembangunan pendestrian ini salah satunya adalah bentuk dari program corporat Social Responsibility (CSR) salah satunya dari Bentoel Grup bagi masyarakat Kota Malang.

Pendestrian taman dan jalan di Ijen Boulevard  terus dilestarikan dan di perbaiki setiap tahunnya guna menjaga kenyamanan pengguna jalan ijen. Terlebih setiap hari minggu jalan ijen digunakan sebagai car free day sehingga kenyamanan dan tata kota yang bagus membuat pejalan kaki dan masyarakat yang ingin berlibur dan bersantai di sepanjang jalan tersebut menjadi nyaman.

Namun dengan perkembangan pembangunan di Jalan Ijen mulai dari 2018 sampai 2019 ini saya merasa ada yang ganjal dengan pembangunan yang dilakukan di jalan ijen karena menurut saya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Malang hanya di titik sepanjang jalan ijen Boulevard saja. Sebagai masyarakat Kota Malang yang bertempat tinggal di Bareng Raya saya termaksud orang yang suka mengamati pembangunan di sepanjang jalan tersebut.

Sangat di sayangkan pembangunan yang dilakukan di Jalan Ijen menurut saya kurang berdampak signifikan dari beberapa tahun ini dan dari beberapa pembangunan yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Malang. Dari pembangunan paving berbentuk persegi  berwarna abu-abu kemudian di ganti dengan paving berbentuk segi enam dan berwarna merah, kemudian paving persegi berwarna  dan sekarang menjadi keramik. Yang menurut saya kurang pas untuk digunakan di jalan ijen dengan cuaca Malang yang panas dan pengguna sepeda motor yang semakin lama semakin banyak. Sehingga pembangunan keramik yang dilakukan akan cepat rusak atau tidak bertahan lama.

Mirisnya dengan pembangunan yang berfokus di jalan ijen jalan-jalan di sekitar jalan utama tersebut kurang diperhatikan seperti trotoar di jalan kawi yang berlubang dan paving yang sudah patah-patah tetap saja di biarkan sedangkan sering kali saya melihat keadaan jalan ijen yang masih bagus  sering di perbaiki lagi dan lagi, jadi menurut saya pembangunan yang kurang efektif di jalan ijen sebaiknya perlu direncanakan dengan matang agar tidak terlalu membuang dana terlalu banyak untuk pembangunan jalan yang perbedaannya tidak signifikan dengan pembangunan sebelumnya.

Walaupun jalan ijen boulevard sudah dinyatakan sebagai kawasan wisata heritage akan lebih baik pembangunan yang di lakukan di jalan tersebut ada perbedaannya, entah dari suasana ataupun dari design taman dan tata pendestrian. Di tahun 2019 mungkin tahun yang sedikit banyak mengubah tatanan pendestrian yang ada di jalan ijen seperti adanya tempat duduk di sepanjang jalan Ijen hal ini tentu pembaruan dan ide yang bagus dari pemerintah karena masalah di kota malang sendiri adalah kurangnya RTH Ruang terbuka hijau, sehingga sangat bagus apabila pemerintah sudah membangun tempat duduk di sepanjang jalan, yang tadinya jalan ijen ramai pada hari minggu saja atau malam minggu saja sekarang jalan ijen sudah bisa dinikmati oleh semua kalangan yang ingin sekedar bersantai dan beristirahat di sepanjang jalan ijen.

Fasilitas-fasilitas seperti itulah yang seharusnya di tekankan oleh pemerintah Kota Malang. Karena apa bila pemerintah hanya fokus pada pendestrian masyarakat sekarang sudah jarang yang melakukan aktifitas dengan berjalan, tetapi yang dibutuhkan masyarakat sekarang adalah tempat yang rindang dan nyaman untuk sejenak menenangkan pikiran atau beristirahat karena aktifitas seharian.

Dengan begitu masyarakat tidak perlu mencari tempat berlibur yang mahal hanya untuk refreshing atau menenangkan pikiran dengan hiruk pikuk pekerjaan. Anak muda jaman sekarang jika lelah melakukan aktifitas, banyak yang memilih untuk pergi nogkrong di cafe, sedangkan anak kecil sampai ibu-ibu atau bapak-bapak sekarang sulit menemukan tempat untuk bermain ataupun beristirahat di tempat yang tenang.

Oleh sebab itu mungkin kedepannya bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah dan CSR agar dapat mengalokasikan dana untuk menambah RTH ruang terbuka hijau atau taman-taman kota untuk tempat bermain. Sehingga anggaran yang biasanya di buat pendestrian bisa dibagi atau disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dijaman sekarang yang notabene jarang melakukan aktifitas berjalan dan memilih menaiki motor.

Menambah RTH juga berfungsi pada pengaruh tingkat polusi udara di Kota Malang mengingat naiknya pengguna kendaraan bermotor setiap tahunnya yang mencapai separuh dari penduduk Kota Malang. Yang menyebabkan kemacetan dan banyaknya pengendara bermotor yang nekat melintasi jalan trotoar untuk pejalan kaki, sehingga jalan-jalan trotoar di Malang mudah rusak akibat pengendara bermotor yang sembarangan menggunakan jalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun