Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pak Djohar Arifin, Contohlah Joko Widodo

20 Oktober 2012   07:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:36 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dari awal sebenarnya saya berharap besar kepada Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) bisa mendamaikan kisruh sepakbola Indonesia. Harapan itu ada karena mengingat Djohar adalah orang netral dalam kisruh yang terjadi dan muncul sebagai jawaban atas tiadanya tokoh yang pantas memimpin PSSI. Apalagi Djohar juga mantan pemain timnas dan staf ahli Menpora, sehingga diharapkan mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

namun, seiring waktu berjalan harapan saya itu tidak terjawab. Djohar terikut masuk dalam kisruh sepakbola Indonesia. Djohar seperti tidak punya kekuatan untuk mengendalikan kepentingan satu kubu dan memfasilitasi kepentingan kubu lain. Djohar pun pada akhirnya dinilai hanya menjadi "boneka" dan dikendalikan oleh sebuah kepentingan.

Sampai saat ini kisruh sepakbola nasional belum juga usai, meski sudah ada campur tangan dari AFC. Joint Comitee (JC) yang dibentuk sebagai penengah kisruh, malah menambah rumit kisruh yang sudah terjadi. Tidak satunya para wakil PSSI dan KPSI dalam JC membuat kisruh sepakbola nasional jauh dari kata damai dan bersatu. Perpecahan tetap terjadi dan seperti mustahil untuk bersatu.

Belajar dari Jokowi

Tidak ada kata terlambat untuk bisa menyelesaikan masalah dalam setiap perbedaan. Yang diperlukan adalah sikap rendah hati dan tulus untuk merengkul setiap perbedaan. Ketika ada perbedaan tidak perlu dibesar-besarkan, hanya perlu mencari apa dasar yang penting agar bisa terus bersatu.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mempertontonkan dengan indah betapa hebatnya sebuah kerendahan hati dan ketulusan berdamai yang diterapkan dalam menghadapi perbedaan dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dan Gubernur Jawa tengah, Bibit Waluyo. Jokowi membuktikan bahwa perbedaan tidak harus dilawan dengan perbedaan, perbedaan bisa dihilangkan dengan cara melibatkan orang tersebut atau tidak menunjukkan sikap bermuisuhan kepadanya.

Jokowi ketika kampanye sempat terlibat debat panas dengan Foke dalam sebuiah debat di sebuah stasiun televisi swasta. Tetapi setelah selesai penghitungan cepat, Foke menelepon Jokowi dan mengucapkan selamat. Jokowi pun menyambut telepon dengan menawarkan Foke menjadi penasehatnya. Sebuah cara yang tepat dalam menyelesaikan sebuah perbedaan, bukan??

Ketika punya konflik dengan Bibit juga seperti itu. Jokowi yang dikatakan bodoh, tidak panas hatinya. bahkan ketika berjumpa, Jokowi tidak segan-segan sungkeman kepada Bibit Waluyo, meski pada saat itu dia adalah Gubernur DKI Jakarta. Sebuah sikap yang  membuat Bibit merasa salah tingkah menanggapinya. Sebuah tindakan yang menurut saya hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya kebesaran hati.

Rekonsiliasi dimulai dari yang waras

Dalam setiap kasus rekonsiliasi, peran orang yang waras (sadar) sangat besar tuntutannya. Menuntut orang yang tidak waras (tidak sadar) untuk berubah, ibarat menegakkan benang basah, pekerjaan sia-sia. Orang yang waraslah yang harusnya melakukan rekonsiliasi dengan benar.

Dalam proses rekonsiliasi di PSSI memang sangat dituntut kesabaran dan kerendahan hati. Berkomunikasi dengan hati dan jumpai semua klub satu per satu. Jangan pakai perwakilan, tetapi langsung turun sendiri. Bukna dengan arogansi dan kesombongan tetapi dengan persahabatan. Jangan datang seperti seorang bapak yang akan menghukum anaknya, melainkan bapak yang rindu merangkul kembali anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun