Mohon tunggu...
pak sofin sinaga
pak sofin sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Saya seorang yang peduli sesama

karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jangan Salah Pilih Bapak Presiden

20 Oktober 2019   22:10 Diperbarui: 20 Oktober 2019   22:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya seorang yang sangat Awam dan sangat "ordinary people" . Tulisan ini semacam cetusan suara hati saja yang tidak terlalu berharap banyak membawa arti bagi orang lain apalagi  membawa arti  perubahan bagi bangsa ini.

Ada banyak para profesor , birokrat, akademisi dan  para ahli di luar sana yang sudah sangat mumpuni akan pendapat mereka dan saran mereka bagi perubahan Bangsa ini. Tapi saya yang sangat awam ,saya kira nggak ada salahnya di alam demokrasi memberikan pendapat atau boleh dikatakan saran bagi Bangsa dan Negara ini sebagai wujud cinta NKRI. Apalagi kalau bukan tentang Bapak Presiden kita Joko Widodo di pemerintahannya untuk yang kedua kalinya.

 Pelantikan Bapak Presiden Jokowi Minggu 20 Oktober 2019 memulai babak baru di Indonesia dimana seorang sipil (non militer ) bisa menjabat sebagai Presiden untuk kedua kalinya. Seorang yang dulunya Tukang Kayu, siapa sangka bisa menjadi Presiden Republik Indonesia untuk kedua kalinya.

Seorang yang penampilannya biasa biasa saja bahkan seakan-akan penampilan itu  ingin mengatakan aku ini bukan "Presiden "  lho,  tetapi aku seorang pelayan untuk  jutaan Rakyat Indonesia yang memilihku dan yang tidak memilihku,  dimana dipundakku bergantung beban yang sangat besar yaitu membawa harapan bangsa dan Negara ini menjadi Negara kesatuan yang adil, makmur dan sejahtera. Kata Beliau bapak Presiden Jokowi kita di awal masa jabatannya.

Harapan bangsa dan Negara ini yang dipundak Bapak Jokowi, diakui beliau sangatlah berat. Mewujudkannya bukan berarti harus menyenangkan semua rakyat dari Sabang sampai Merauke.

Bagi saya pribadi memandang, yang penting di lima tahun pertama bahwa niat baik itu ada dan bukan sekedar jargon atau slogan semata untuk menaikkan citra dirinya. Niat itu tergambar dari kesederhanaan beliau dan ketulusan kerja keras yang diberikan.

Kesederhanaan terlihat dari kedekatan  yang "cair " antara rakyat  dan pemimpinnya. Dimana mana kunjungan beliau, rakyat yang dulu tak tersentuh arti pembangunan berebut ingin menyalami beliau . Kesederhanaan tadi membuat Rakyat "berani" berbaur dengan pemimpinnya sehingga suara mereka tersampaikan. Sehingga pesan  mereka bisa terjaga sampai ke telinga Bapak Presiden tentang semua kesulitan Bangsanya.

Tidak teredam oleh protokoler dan birokrasi yang panjang sehingga diujungnya menguap. Sehingga rakyat yakin jika sampai ke Beliau, ketulusan beliau bekerja dan melayani menjamin suara rakyat akan didengar dan ditindaklanjuti. Karena rakyat yakin bahwa Bapak Presiden Joko Widodo bukanlah orang yang haus kekuasaan atau gila hormat yang hanya mementingkan suatu kelompok.

Kenapa begitu,, ya  karena revolusi mental yang beliau kampanyekan juga tergambar di diri beliau. Beliau tidak ingin hanya tampil disaat acara protokoler yang menunjukkan kebesaran dan kemegahan beliau sebagai seorang Presiden sebuah Negara berpenduduk 268 juta, tetapi beliau juga tampil saat rakyatnya butuh misalnya tengah malam bertemu nelayan di sebuah desa. Mendengar keluh kesah mereka langsung.

Dan bukan saja Beliau tapi keluarga Beliau juga ditanamkan mental dan ketulusan ini. Kita lihat bukti : mana ada seorang ibu Negara "delay" pesawat sampai berjam-jam tetapi santai menunggu tanpa berniat menggunakan "kekuasaan"nya untuk menekan nekan pihak tertentu atau ngomel-ngomel seperti seorang pejabat yang dulu pernah saya ingat menggunakan kekuasaannya memanggil kembali pesawat yang sudah terbang untuk kembali mendarat untuk menjemputnya.

Bukti bukti revolusi mental tadi bukan hanya satu dua bukti saja (yang mungkin dianggap pencitraan saja oleh sebagian orang) , ada banyak lagi. Cerita orang orang disekitar beliau banyak yang bersaksi dari tukang masak sampai petugas pelayan makanan setiap kunjungan beliau tetap menggambarkan kesederhanaan tadi. Artinya tidak ada istilah " mentang-mentang" petinggi Negara apalagi orang nomer 1 di negeri ini, lantas mau mendapat perlakuan istimewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun